
Jember- Viralkata.com – Melimpahnya hasil beras di Jember harus memberikan bilai tambah bagi para petani. “Harus ada rekayasa pengilahan beras bagi petani di Jember sehingga memberikan nilai tambah”, ungkap Unej yang diminta hadir dalam rapat koordinasi beras di Jember, Jumat di Pendopo, Jumat (25/5/2021)
Prof Achmad Subagio memberikan pandangan untuk.memberikan nilai tambah kepada petani, maka hasil beras surplus di Jember harus melalui proses sebelum di jual kepasar. Intinya beras dilakukan pengolahan ada pemilihan mana beras medium mana beras premium.
Tidak hanya terkait hasil beras saja, juga yang menyangkut hasil pertanian lainnya juga dilakukan proses pengolahan di Jember hingga saat dijual sudah memberikan nilai tambah.
Dalam rapat kordinasi tersebut, bupati Jember, Hendy Siswanto berharap semua pihak ikut berperan dalam mempertahankan status Jember sebagai Lumbung Pangan Nasional. Dengan produksi beras yang melimpah, diharapkan kesejahteraan petani juga semakin meningkat.
Menurut Bupati, meski Jember selama ini surplus beras. Namun, tidak serta merta meningkatkan kesejahteraan petani. Mengingat harga beras sering tidak stabil, bahkan cenderung turun, terutama saat terjadi panen raya. “Memang berlaku hukum pasar, produksi meningkat harga cenderung turun. Kalau ini dibiarkan tentu para petani menjadi pihak yang paling dirugikan,” ujarnya.
“Karena itu, hari ini kami melakukan rapat koordinasi dengan berbagai pihak terkait dan akan membentuk tim terpadu untuk menjamin stabilitas harga beras di pasaran. Sehingga saat produksi meningkat, harga tetap baik,” tegas Bupati Hendy Siswanto.
hadir dalam rapat koordinasi yang berlangsung di Pendopo Wahyawibawagraha, Kepala Bank Indonesia (BI) Jember, sebagai Tim Pengendali Inflasi, Pimpinan Bulog Jember, Ketua KTNA Jember, dan sejumlah pengusaha penggilangan padi di Jember.
Kepala BI Jember, Hestu Wibowo, menjelaskan bahwa sepertiga perekonomian di Jember ditopang oleh sektor pertanian. Selama lima tahun terakhir, menurutnya Jember mengalami surplus beras. Sehingga selama ini sektor pertanian ikut menyumbang terjadinya inflasi.
Kami dari Bank Indonesia sedang mengkaji kemungkinan beras dari Jember bisa dikirim ke luar daerah. Karena itu, kami akan mencoba membantu menjalin kerjasama dengan daerah lain, terutama daerah-daerah yang masih membutuhkan pasokan beras, seperti kawasan Indonesia Timur,” ujarnya.
Sementara Pimpinan Cabang Bulog Jember, Budi Sultika, menjelaskan bahwa fluktuasi harga beras, kerap dipengaruhi isu-isu politik. Terutama di pusat-pusat pendistribusian dan pemasaran nasional. Salah satunya, beredarnya isu impor beras beberapa waktu lalu, juga sempat mempengaruhi harga beras. “Tetapi kami bersyukur tidak ada beras impor yang masuk ke Jember.,” jelasnya.
Sementara Yohanes, mewakili Asosiasi Rice Milling Unit (RMU), mengakui masih banyak anggotanya yang belum memiliki mesin pengering (dryer), sehingga mengandalkan pengeringan dengan cara menjemur di terik matahari.
Menurutnya, saat ini sudah diproduksi mesin Rice Milling Unit (RMU) generasi baru, yang mudah pengoperasiannya, karena proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses. (gih)