FOTOHEADLINENASIONALPOLITIK

Puisi “Doa yang Ditukar”, PBNU Marah Besar

JAKARTA, ViralKata.com – Puisi Wakil Rakyat yang terhormat ini dinilai tidak hormat terhadap kiai sepuh sekaligus menghina warga NU. Apalagi, Fadli Zon justru bersikap arogan. Tidak mau meminta maaf setelah dinilai mencemooh doa KH Maimun Zubai atau Mbah Moen. Kontroversi puisi Fadli Zon sepertinya terus berlanjut. Apalagi, tidak ada iktikad baik dari Fadli Zon untuk mencairkan suasana.

Karena itu, Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) marah besar atas puisi berjudul “Doa yang Ditukar”, karya Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. PBNU mengancam akan menempuh jalur hukum, jika Fadli tidak segera meminta maaf langsung kepada KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.

“Kalau dia minta maaf ke Mbah Moen, sudah cukup. Tapi kalau tidak, kami pertimbangkan ke hukum,” ancam Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini di Rakornas ke-IV NU Care-Lazisnu, Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (15/2).

Disarankan, Fadli Zon agar meminta maaf soal puisi berjudul Doa yang Tertukar yang mengaitkan KH Maimoen Zubair. “Ya, sebagai yang masih muda sebaiknya yang bersangkutan meminta maaf dan segera sowan kepada Mbah Moen,” kata Helmy seperti dilansir Medcom, Sabtu (16/2)

Dia meyakini Kiai Maimoen sudah memaafkan tanpa dimintai maaf tapi etika dan adab mengajarkan untuk meminta maaf apalagi kepada yang lebih sepuh dan alim. “Fadli yang menulis puisi tersebut menyinggung perasaan keluarga besar Nahdlatul Ulama. Puisi tersebut jika dilihat dari konteks rangkaian peristiwa tentu sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di Sarang, Rembang,” tandasnya serius.

Helmy menilai tindakan Fadli Zon yang membuat puisi polemis tersebut sangat tidak pantas. “Kami menilai puisi itu sarat dengan muatan ketidaksopanan dan menyinggung keluarga besar Nahdlatul Ulama. Sebab Mbah Moen adalah kiai sepuh dan ulama karismatik yang sangat kami hormati di lingkungan Nahdlatul Ulama. Kita harus menghormati beliau,” lontarnya

Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menuntut Fadli agar segera meminta maaf kepada Mbah Moen. Fadli dituding sengaja melecehkan Mbah Moen. “NU marah. Kiai sepuh dilecehkan. Tinggal minta maaf saja apa susahnya?” kecam Said.

Ia menilai Fadli tidak sopan serta tidak mencerminkan sikap orang yang beradab dan berakhlak. Apalagi hal itu diucapkan oleh Wakil Ketua DPR RI yang terpandang dan berpendidikan.

Said berharap Fadli segera sadar dan mengakui kesalahannya jika tidak mau kualat. Sebagai orang yang lebih muda, Fadli seharusnya menghormati orang tua. Terlebih Mbah Moen merupakan ulama besar, sesepuh warga NU. “Allah itu menghormati orang yang usianya lebih dari 80 tahun. Tapi ada seorang manusia, muda, melecehkan orang tua. Orang itu beradab apa tidak?” tegas Said.

KH Nurul Ishak, mengimbau Fadli Zon untuk meminta maaf pada Mbah Moen dan warga NU secara umum. Sebab, puisi yang diciptakan Fadli Zon sangat menyakiti perasaan santri dan kiai. Lebih luas lagi, kata Nurul, puisi itu menampar warga NU secara umum.

Apalagi, Fadli Zon justru tidak bersikap kooperatif. Ada kesan menyepelekan imbauan warga NU. “Warga NU ini sagat geram dengan puisi Fadli Zon. Ada banyak kiai yang semakin kecewa dengan sikap Fadli Zon. Dia tidak bereaksi apa-apa terkait puisi Fadli Zon ini,” ungkap Kiai Nurul.

Menanggapi sikap pasif Fadli Zon, aksi nyata harus dilakukan. Sebab, beragam kajian melalui diskusi khusus sudah dilakukan. Kesimpulannya relatif sama. Puisi dan sikap Fadli Zon dinilai tidak etis. Semua sepakat Fadli Zon harus meminta maaf secara terbuka. “Sekarang tidak perlu banyak diskusi lagi. Warga NU harus bergerak merespons ini, apalagi Fadli Zon tidak mau minta maaf,” tegasnya lagi.

Pengamat politik Karyono Wibowo. Karyono berpendapat, puisi Fadli Zon menjadi blunder besar yang dilakukannya. Suasana menjadi semakin keruh karena Fadli Zon tidak menakar efek negatif bawaan dari puisinya itu. “Puisi Fadli Zon ini sebenarnya menampar dirinya sendiri. Dia itu menampar wajahnya sendiri. Potensi efek bawaannya tidak dilihat,” kata Karyono.

Karyono pun membedah puisi ciptaan Fadli Zon. Puisi tersebut dinilainya tidak memenuhi aspek estetika. Kering unsur puitis, Fadli Zon justru lebih menonjolkan aspek politis. Pasalnya, diksi dalam puisi Fadli Zon sangat standar. Jauh dari nilai-nilai seni. Justru lebih dominan dengan kata-kata politis yang menohok. “Menurut saya ini salah satu kepanikan Fadli Zon dalam menghadapi realitas politik saat ini,” tuturnya.

Putra calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH Ma’ruf Amin, Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, juga ikut menyayangkan keluarnya puisi Fadli Zon. Gus Oqi-panggilan akrab Kiai Ma’ruf-menilai tidak ada yang salah dari doa Mbah Moen. “Coba dengarkan dan cermati sekali lagi doa Mbah Moen. Itu jelas-jelas Mbah Moen mengatakan bahwa orang di samping saya jadikan presiden, presidennya Pak Prabowo,” tegas Gus Oqi.

Menyikapi puisi Fadli Zon, Gus Oqi pun merasa bingung. Apa yang sebenarnya dipermasalahkan oleh Fadli Zon ini? “Makanya, saya sempat bingung, apa yang kemudian dipermasalahkan dari doa Mbah Moen,” tambahnya.

Putra kelima Kiai Ma’ruf ini menegaskan, tidak ada pengulangan doa. Akan tetapi, penegasan. Namun, doa yang dipanjatkan Mbah Moen tetap sama. “Karena tidak ada yang salah dari doa Mbah Moen. Diulang seribu kali pun tetap begitu,” pungkasnya. (R3)

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close