FOTOHEADLINETRAVEL

Harga Tiket Pesawat Mencekik, Pariwisata Terancam Paceklik

PONTIANAK, ViralKata.com – Kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) mauoun mancanegara (wisman) ke Kalimantan Barat (Kalbar) terancam pacekilik, akibat harga tiket pesawat saat ini mulai mencekik.

“Sejak awal tahun ini harga tiket memang mulai dirasakan tinggi. Maskapai kita lihat dalam menjual tiket memaksimalkan harga batas atas. Itu tentu mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke berbagai daerah di Nusantara atau turis asing ke penjuru wilayah negara kita,” ungkap Ketua Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies atau Asita Kalimantan Barat, Nugroho Henray Ekasaputra di Pontianak, Sabtu (12/01).

Padahal, kata Henray seperti dilansir laman Tempo.co, 60 persen aktivitas orang ingin berwisata dipengaruhi oleh harga tiket pesawat. Jika harga tiket tinggi tentu orang akan berfikir ulang atau akan sedikit memperhatikan untuk kegiatan berwisatanya.

“Apalagi ke Kalbar ini, saat hari kegiatan keagamaan dan hari besar sebelumnya saja tinggi. Jika dengan kondisi sekarang tentu akan jauh lebih tinggi. Cap Go Meh saja di Singkawang, sudah ada tamu kita yang membatalkan. Sebab untuk transportasi sangat tinggi,”.

Dengan kondisi ini, sangat mempengaruhi target kunjungan wisman ke Indonesia maupun kunjungan wisnus berbagai daerah. “Bagaimana target kunjungan wisata Nusantara dan 20 juta wisatawan mancanegara bisa tercapai jika harga tiket pesawat tinggi,” jelas dia.

Seharusnya antar kementerian saling mendukung, Kementerian Perwisata juga didukung oleh Kementerian Perhubungan. “Bagaimana maskapai milik BUMN mendukung kebijakan pemerintah. Maskapai lainnya didorong oleh Kemenhub juga demikian. Semua harus sinkron dan saling mendukung baru bisa mencapai target,” ujarnya.

Belum lagi saat ini satu di antara maskapai yaitu Lion Air, tidak lagi mengratiskan bagasi. Hal itu, kata dia, akan mempengaruhi minat wisatawan membeli produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. “Bagasi tidak lagi gratis, wisatawan berpikir panjang untuk membeli dalam jumlah banyak oleh-oleh hasil produk UMKM. Hal tersebut tentu berdampak negatif pada sektor UMKM tersebut,” katanya.

Karena itu, sebagai pemberi jasa perjalanan, pihaknya meminta pemerintah mempertimbangkan dan memperhatikan hal-hal tersebut terkait peningkatan kunjungan wisatawan. “Kami promosi ke sana kemari tidak akan berdampak maksimal tanpa didukung kebijakan yang memudahkan,” ujarnya.

Ditempat terpusah, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti penetapan tarif bagasi berbayar yang diterapkan maskapai penerbangan Low Cost Carier atau atau berbiaya murah, merupakan upaya untuk menaikan harga tiket pesawat secara terselubung. Mengingat, kebijakan itu membuat masyarakat harus mengeluarkan kocek lebih dalam untuk menikmati transportasi udara.

“Penetapan tarif bagasi berbayar berpotensi membuat perusahaan melanggar ketentuan harga batas atas tiket pesawat,” ungkap Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangan resminya, Sabtu (12/01).

Saat ini, sambung Tulus, aturan harga tiket pesawat termaktub dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan Dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga berjadwal Dalam Negeri.

“Seharusnya Kementerian Perhubungan bukan hanya meminta pihak maskapai untuk menunda pemberlakuan bagasi berbayar, tetapi juga mengatur besaran dan mengawasi pelaksanaan bagasi berbayar tersebut,” lontarnya.

Tulus meminta pemerintah menetapkan harga standar untuk bagasi berbayar. Jika tidak, perusahaan bisa saja menetapkan tarif tak wajar, bahkan bisa melampaui harga tiket pesawat maskapai penyedia jasa layanan full service.

Diketahui, Lion Air dan Citilink Indonesia berencana menerapkan bagasi berbayar kepada konsumen. Hanya saja, keduanya belum berbicara gamblang kapan tepatnya kebijakan baru itu akan dilakukan. Lion Air dan Citilink Indonesia berbasis low cost carrier (LCC) atau maskapai dengan biaya rendah. Kedua maskapai tersebut juga masuk dalam kelas standar minimum atau no frills service.

“Kalau bagasi berbayar diterapkan tanpa standar harga yang jelas, lalu apa gunanya kebijakan tarif batas atas dan batas bawah pada pesawat,” kata Tulus.

Bila belum ada kebijakan standar tarif bagasi, YLKI meminta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk membatalkan rencana Lion Air dan Citilink Indonesia untuk memungut biaya bagasi kepada konsumen. Ia khawatir penumpang membayar mahal untuk naik pesawat kategori LCC. (R3)

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close