HEADLINETRAVEL

Taman Impian Jaya Ancol Kian Meredup

JAKARTA, ViralKata.com – Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta kini kian meredup, mati suri. Kunjungan wisatawan lokal, nasional hingga internasional pun semakin drop. Dampaknya Pasar Seni di kawasan wisata yang berdiri tahun 1966 ini, ditinggalkan para seniman dan booth mereka ada yang tidak buka. Karena tak ada satupun wisatawan yang datang untuk melihat karya seni, apalagi membeli.

Pasar Seni yang sudah meng-Indonesia bahkan mendunia, kini kondisinya merana. Bangunannya pada lapuk dan kusam, sayangnya sengaja dibiarkan oleh pengelola. Sehingga auranya tak muncul. Begitupula dengan Pantai Festival, Pantai Bende, dan mal yang sepertinya belakangan terlihat mati suri.

“Ya kondisinya memang sudah seperti ini sekarang Pasar Seni Ancol Mas, sudah tidak jaya seperti tahun- tahun lalu,” ucap Made, salah satu pemilik galery lukis. Ia sendiri, bahkan sudah tidak banyak bergantung pembeli lagi pada pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut.

Dengan memanfaatkan teknologi seperti media sosial (medsos) atau relasi miliknya, pria asal NTB tersebut, mengaku dapat lebih menjajakan karya seninya sendiri. “Hampir dibilang untuk penjualannya saat ini lebih banyak dari medos, ketimbang mereka yang langsung datang ke sini,” jelasnya seperti dilansir Bisniswisata.co.id, Kamis (13/12).

Lantaran sepi, pemilik galery dengan sesamanya menghabiskan waktunya bermain catur. Baginya, hal itu dapat menghilangkan sedikit rasa jenuh sambil berharap ada pembeli atau mendapat orderan membuat lukisan.

Nasib serupa juga melanda Ancol Beach City Mall atau pusat perbelanjaan yang ada di dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Berbeda dengan Mal pada umumnya, pusat perbelanjaan satu ini kondisinya sama dengan Pasar Seni.

Bahkan, beberapa toko, seperti toko pakaikan dan tempat permainan banyak memilih tutup. Dan beberapa toko yang buka tersebut, lebih kepada restoran siap saji atau cafe dimana kalau pun mereka yang beli lebih banyak untuk menghabiskan waktunya ketimbang memesan menu makanan.

Obyek wisata unggulan di Jakarta ini sejak lama dikenal bukan saja warga Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga seantero nusantara dan mancanegara. Ancol memang populer, melegenda dan dari masa ke masa banyak dikunjungi wisatawan. Tak heran bila Ancol adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov DKI Jakarta, menjadi andalan pendulang pendapatan ke kas daerah.

Tiada hari, terutama pada hari libur dan hari besar lainnya seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru obyek wisata yang diplot Pemprov DKI Jakarta sebagai kawasan wisata terpadu selalu banjir pengunjung. Linier dengan itu, pemasukan pun mengalir deras ke kas daerah.

Aneka obyek wisata disajikan pengelola Ancol. Di area pariwisata terintegarsi seluas lebih kurang 552 hektare di bibir pantai itu, terdapat beragam tempat rekreasi dan resor. Ada pantai dan taman, Dunia Fantasi (Dufan), Atlantis Water Adventure (Atlantis), Ocean Dream Samudra (Samudra), Sea World, Putri Duyung Cottages, Marina, Pasar Seni, Kereta Gantung (Gondola) dan lainnya.

Bukan itu saja, di Ancol juga ada puluhan kios penjual souvenir, makanan dan minuman, resto, kafe maupun mal. Ancol juga asyik bila untuk berwisata kuliner. Seiring perkembangan zaman dan bermunculannya obyek-obyek wisata berkelas di daerah penyangga seperti Bogor, Bekasi, Tangerang dan lainnya, Ancol mulai ditinggalkan apalagi harga masuknya dirasakan sangat mencekik.

Disisi lain, Ancol tidak ada inovasi terhadap obyek wisatanya, terkesan monoton. Malah pernah bersengketa dengan penyewanya, Sea World contohnya. Beberapa anggota DPRD DKI Jakarta mengkritik bahwa sajian yang disuguhkan Ancol sangat monoton, tidak ada daya tariknya lagi. Akibatnya obyek wisata yang berlokasi di Jakarta Utara ini dari hari ke hari dinilai meredup.

Dasar mulai meredupnya Ancol, Dewan menyodorkan target pendapatan yang tidak tercapai. Pada 2018, dari target Rp68,4 miliar hanya terealisasi Rp59,9 miliar. Sedangkan tahun 2019, target setoran ke kas daerah hanya dipatok Rp58 miliar.

“Bila tidak ingin ditinggal lebih banyak lagi pengunjung, pengelola TIJA mutlak harus berbenah,” tegas Selamat Nurdin, anggota DPRD DKI Jakarta. Saat ini, lanjut dia, nama besar Ancol sebagai lokasi wisata kebangaan warga Jakarta mulai meredup.

“Pengelola Ancol harus mencari terobosan, sehingga Ancol bisa menjadi obyek wisata yang diinginkan warga, terutama kaum milineal. “Ancol harus mengikuti perkembangan zaman, kalau tidak bisa tergerus,” ucapnya sambil menambahkan saat ini pembangunan tempat wisata di daerah mitra seperti Bekasi, Bogor, dan lainnya sangat gencar. Kehadiran obyek-obyek wisata itu tentu menjadi pesaing Ancol.

Namun, lanjut dia, belum melihat upaya maksimal dari pengelola membenahi obyek wisata kebanggaan warga Jakarta itu. Contohnya, Pasar Seni Jaya Ancol yang tadinya menjadi pusat kegiatan, kini mulai redup. Kondisi serupa juga terjadi pada Pantai Festival, Pantai Bende, dan lainnya. “Pengelola harus terus berbenah, jangan sampai pengunjung menjadi bosan dan meninggalkannya,” ujarnya.

Dilanjutkan, Ancol harus kembali menjadi tujuan wisata andalan ibukota. Untuk itu, promosi harus digencarkan agar image Ancol tidak makin tenggelam. Pemberitaan di berbagai media harus digencarkan. “Karena saya dengar pengelola Ancol pilih-pilih media dalam memberikan informasi. Ini kan gak betul,” tandasnya serius.

Kini saatnya Ancol berbenah. Jadikanlah kritik sebagai obat dan pemacu bagi pengelola agar tetap unggul dalam persaingan bisnis obyek wisata yang kini sudah mulai mengepung Ancol. Carilah strategi jitu agar Ancol selalu dekat dengan masyarakat di mana pun. Misalnya dengan menyesuaikan tarif tiket masuk yang saat ini dirasa sangat mahal bagi warga kebanyakan. “Dengan tiket masuk terjangkau kantong, pengunjungnya membludak kembali dan nama besar Ancol yang sudah melegenda tidak meluntur,” sarannya. (R3)

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close