FOTOHEADLINENASIONALNEWSTak Berkategori

Satkaara Berbagi, Komitmen Peduli bagi Anak Cacat Mental dan Fisik

JAKARTA, ViralKata.com – Value bagi sebuah perusahaan ibarat ruh yang menghidupkan. Value tersebut jugalah yang menggerakan sekaligus memotivasi individu didalamnya untuk berkarya sesuai nilai perusahaan yang diusung. Agensi Public Relation (PR) Cetta Satkaara memilih ‘Care and Repect’ sebagai landasan dalam menjalankan roda bisnisnya. Care and Respect tercermin dalam setiap solusi dan strategi komunikasi yang diterapkan kepada klien Satkaara selama tujuh tahun terakhir.

Komitmen ‘Care and Respect’ ternyata tidak hanya diaplikasikan pada klien Satkaara, melainkan juga diterapkan oleh tim Satkaara dalam kesehariannya sebagai praktisi PR. Hal tersebut terlihat dari bagaimana membentuk karakter dari tim Satkaara agar tumbuh menjadi pribadi yang memiliki nilai Care and Respect serta bagaimana menjalin hubungan dengan para mitra dan sahabat Satkaara.

Lambat laun nilai “Care and Respect’ pun menjadi karakter yang menjelma sebagai budaya perusahaan. Salah satunya adalah melalui Program Satkaara Berbagi yakni kegiatan bakti sosial (baksos) tahunan Satkaara (sejak 2012) yang menjadi implikasi nyata nilai Care and Respect dalam wujud berbagi.

Sesuai dengan passion Satkaara di bidang sosial, kesehatan dan pendidikan maka program Satkaara Berbagi menyasar anak yatim piatu dip panti asuhan, korban bencana, anak dengan penderita kanker serta komunitas anak jalanan.

Berbarengan dengan HUT Cetta Satkaara ke-7, Satkaara Berbagi kali ini menyambangi anak-anak rawat di Wisma Tuna Ganda Palsigunung, Cimanggis, Jakarta Timur, Sabtu (2/2). Bersama dengan para relawan, Satkaara mengajak para relawan dan Sahabat Satkaara untuk berbagi dan menghibur para penyandang disabilitas di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Sekaligus memberikan bantuan berupa sembako dan peralatan kebersihan yang merupakan donasi Satkaara bersama relawan dan mitra atau Sahabat Satkaara yang ambil bagian.

“Satkaara Berbagi ke-7 kali ini sangat istimewa karena kami memiliki kesempatan untuk berbagi kebahagiaan bersama penyandang disabilitas Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Ditambah lagi, bantuan yang diberikan bukan hanya dari perusahaan saja tetapi setiap individu Satkaara turut serta memberikan bantuan begitu juga sahabat Satkaara lainnya,” ujar Ruth Andriani, Senior Advisor Cetta Satkaara.

Satkaara Berbagi kali ini juga menggandeng Spider-Verse Indonesia, Komunitas Cosplay Spiderman yang memberikan kejutan dan menghibur sepanjang acara baksos berlangsung. Gelak tawa dan senyum riang anak-anak rawat terlihat saat Spiderman tampil dengan berbagai atraksi menarik. “Program Satkaara Berbagi selaras dengan nilai-nilai yang kami tanamkan di Spider-Verse Indonesia. Kami harap program seperti ini dapat terus dilakukan karena berbuat kebaikan dengan berbagi kepada orang lain dapat dimulai dari diri sendiri dan dari hal yang kecil,” ujar Rahmat Soerodjo, anggota Spider-Verse Indonesia.

Lebih lanjut lagi, Ruth berharap Program Satkaara Berbagi dapat bermanfaat dan memberikan kenangan yang indah bagi anak-anak rawat atau teman-teman penyandang disabilitas di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Sementara bagi Satkaara dan para relawan, semakin diharapkan menumbuhkan rasa peduli dan cinta kasih terhadap sesama dan menjadi pribadi yang selalu bersyukur.

Memasuki usianya ke-7, Ruth ingin Cetta Satkaara terus konsisten berinovasi memberikan layanan komunikasi terbaik. “Acara ini sekaligus tasyakuran untuk apa yang telah Satkaara raih selama ini. Semoga seluruh pencapaian yang ada tidak membuat kami jumawa dan terlena tetapi selalu terus memberikan yang terbaik serta tetap menjadi pribadi yang rendah hati, menjunjung tinggi integritas dan kredibiilitas,” terangnya.

Kepala Wisma Tuna Ganda Kristanti menjelaskan panti sosial “Wisma Tuna Ganda” yang bernaung di bawah Yayasan Rumah Piatu Muslimin dihuni sebanyak 29 anak dari kapasitas 30 anak dengan rincian 19 perempuan dan 10 lelaki dari Jakarta, Depok, Bogor, Cirebon, Padang, Medan, hingga Ternate. Usia anak penghuni ini 9 tahun hingga tertua 48 tahun. Tercatat ada 80 persen dititipkan keluarganya, 20 persen titipan Dinas Sosial dan ditemukan masyarakat.

Penguni Wisma Tuna Ganda ini banyak yang telah berusia dewasa diatas 40 tahun, namun tetap memiliki mental seperti anak-anak, tak bisa bergerak hanya tiduran di kasur yang dipagari jeruji besi karena tak mampu melakukan berbagai aktivitas pribadi. Seperti mandi, makan, pup hingga aktifitas pribadi dasar lainnya. Mereka mengalami ketunaan total, mulai plastis (lumpuh), wicara, mental, rungu, dan mental.

“Mereka semua ini punya cerita sendiri. Ada yang dititipkan ayah ibunya, ada yang yatim piatu (tak punya bapak ibu karena meninggal), ada yang korban kecelakaan sehingga otaknya tergangu, ada yang dibuang oleh keluarganya di pinggir jalan dan ditemukan orang kemudian dititipkan kesini. Bahkan ada yang menaruh lantas orang tuanya menghilang, banyak kisah menyedihkan terhadap nasib mereka,” papar Kepala Wisma Tuna Ganda Kristanti.

Para disablitas ganda ini, lanjut dia, umumnya mengalami kecacatan sejak lahir. Juga ada anak yang mengalami kecatatan dari perkawinan sedarah atau keluarga sendiri yang tidak baik secara genetik. “Namun mereka adalah hamba Allah, selama masih ada nyawa, selama itu pula mereka masih punya hak untuk hidup. Jadi kami mengurasi mereka dengan tulus ikhlas sampai mereka meninggal dunia,” tambahnya.

Krisnanti menyadari siapa lagi yang merawat mereka dalam kondisi seperti ini. “Saya hanya ingin hidup saya berguna buat mereka. Mendampingi mereka dengan cinta yang saya punya. Menjadikan mereka bagian dari hidup saya. Saya sadar masa depan mereka tidak ada, suram misalnya jadi pejabat atau pegawai, jadi ya beginilah kondisi mereka,” ucap wanita berjilbab yang sudah 25 tahun menjadi pengelola panti.

Selain merawat dan melayani, juga diberikan terapi. Mulai terapi fisik (fisiotherapy) hingga terapi wicara (speech therapy). “Ada 12 anak yang ketika dititipkan keluarganya di panti tidak bisa jalan, kini sudah bisa berjalan. Bahkan ada 3 anak yang sudah mandiri, Bisa mandi dan makan sendiri. Target speech therapy bukan agar bisa bicara karena bagaimana pun anak-anak tidak akan bisa, tapi supaya mereka bisa menggerakan rahang. Sehingga nantinya memudahkan para perawat saat menyuapi mereka,” jelasnya.

Dicontohkan ada namanya Teguh Idadi. Usianya sudah 48 tahun. Teguh mengalami Celebral Palsy (kerusakan otak), MR (mental retradasi), Tuna Wicara, Tuna Netra dan lumpuh. Tinggal dipanti sejak tahun 1975. Jadi sudah lebih dari 40 tahun. Selama itu pula Teguh tergolek di kasur, dirawat oleh para suster yang siap Selama 24 jam penuh dan terbagi ke dalam 3 shift.

Ada sekitar 55 orang yang bekerja di Wisma Tuna Ganda ini yang mengurusi 29 anak. “Kapasitas kami cuma 30 anak, kami tak bisa menerima lebih dari itu. Namun jika ada yang meninggal dunia, kami menerima baru lagi. Rata-rata pengeluaran kami sebulan Rp200 juta untuk makan mereka, beli obat, juga membayar karyawan yang digaji dibawah UMR. Jadi kami bisa bernafas dari sumbangan-sumbangan masyarakat, tak ada bantuan dari pemerintah. Jika tak ada yang nyumbang, ya berat bagi kami,” paparnya serius.

Kristanti mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada Satkaara yang menghibur anak-anak, memberi bantuan dan sumbangan “Mudah-mudahan, sedikit dari kawan-kawan satkaara ini berguna bagi anak-anak dan para perawat di sini,” ucapnya. (R3)

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close