NASIONALNEWS

RS Kartika Husada Tanggapi Terkait Emosi orangtua Mengenai anaknya Yang Meninggal Setelah operasi amandel

Bekasi News Viralkata Raut wajah Albert Francis tak lepas menatap jasad Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) di peti jenazah. Sementara Delima Sinaga tertunduk lesu disamping sang suami. Kedua orangtua Benediktus Alvaro Darren, terus dihibur kalangan keluarga dan teman yang menjenguknya di rumah duka Rumah Sakit Elizabeth Bekasi Barat.

Albert Francis terlihat tabah menghadapi cobaan, dengan meninggalnya Benediktus Alvaro Darren (7 tahun), usai menjalani operasi amandel di rumah sakit Kartika Husada. Anak keduanya itu, dikenang Albert kerap dirindukan setiap pulang ke rumah usai bertugas di kapal pesiar.

Albert Francis tak habis pikir, tindakan operasi amandel yang dijalani Benediktus Alvaro Darren, berakhir tragis di rumah sakit Kartika Husada Bekasi. Setelah 13 hari bertahan di ruang ICU usai dilakukan operasi amandel, Benediktus Alvaro Darren akhirnya menghembuskan napas pada 2 oktober 2023.

Padahal di hari bersamaan, anak tertua Albert Francis juga melakukan operasi amandel. Teringat Albert operasi pertama dijalani Benediktus Alvaro Darren terlebih dulu. Baru setelah itu, kakak Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) menyusul menjalani operasi amandel juga, di tanggal 19 September 2023.

Hal ini menjadi pertanyaan besar Albert Francis, atas meninggalnya Benediktus Alvaro Darren disebabkan mati batang otak oleh pihak rumah sakit Kartika Husada. Sementara anak tertuanya disaat bersamaan menjalani operasi mandel juga, tidak mengalami masalah.

Karena itu, pihak RS Kartika Husada akhirnya menggelar konperensi pers, selasa sore (3/10). Dan dihadiri oleh dr. Nidya Kartika Yolanda selaku komisaris, Drg Dian Indah selaku direktur, dan dr. Rahma Indah selaku case manager.

“Seharusnya Sudah kita Jadwalkan Pertemuan ini Dihadiri Oleh Dokter yang Menangani Adik BA (Benediktus Alvaro). Namun Ada Surat dari Dinkes Bekasi, Yang Waktunya Bersamaan meminta Penjelasan Dokter Yang menangani Adik BA ” Papar Dr Nidya Kartika Yolanda Selaku Komisaris .

Disesaki puluhan awak media online dan televisi, penjelasan management rumah sakit Kartika Husada dianggap tidak lengkap, dan cenderung normatip. Sehingga banyak wartawan akhirnya mengejar dengan berbagai pertanyaan silih berganti.

Terlihat dr. Nidya Kartika Yolanda yang lebih dominan menjelaskan mewakili rumah sakit Kartika Husada, agak emosional dengan pertanyaan wartawan. Walau akhirnya dr. Nidya Kartika Yolanda ‘sadar’ pada kebutuhan informasi yang diinginkan para pewarta.

“Tidak ada yang kita tutup-tutupi dengan kejadian meninggalnya adik BA. Bahkan kita sudah melakukan rapat luar biasa dihadiri semua pihak di rumah sakit, baik management dan dokter yang menangani, Dan kita kooperatif pada hukum, dan pihak kepolisian yang menangani kasus ini,” ujar dr. Nidya Kartika Yolanda.

Begitupun secara umum dijelaskan dr. Nidya Kartika Yolanda, terjadi miss komunikasi antara pihak rumah sakit Kartika Husada dengan keluarga dari pihak almarhum Benediktus Alvaro Darren. Karena di satu sisi pihak keluarga meminta Rekam Medis, namun pihak RS Kartika Husada menolak memberikan, dan hanya memberikan resume medis.

“Kalau rekam medis tidak sembaranga

n dikasih, kecuali jika diminta pihak kepolisian. Tapi resume medis yang kita berikan pada keluarga adik BA, mengacu dari rekam medisnya,” jelas dr. Nidya Kartika Yolanda.

Selain itu, dr. Nidya Kartika Yolanda menganggap terjadi simpang siur berita dengan meninggalnya Benediktus Alvaro Darren usai menjalani operasi amandel. Karena disebutkan terjadi malapraktek.

“Semua dilakukan sesuai SOP. Dan terjadi masalah di adik BA setelah dipindahkan ke ruang pemulihan. Sampai akhirnya dokter memasangkan alat bantu napas (ventilator),” ungkap dr. Nidya Kartika itu,Yolanda.

Diakui dr. Nidya Kartika Yolanda , bahwa RS Kartika Husada merupakan tipe C. Sehingga tidak memiliki perlengkapan medis lebih banyak dibanding rumah sakit lain tipe B. Sehingga pihak RS Kartika Husada dianggap dr. Nidya Kartika Yolanda, telah melakukan rujukan di 80 rumah sakit di Jabodetabek.

Namun banyak rumah sakit ‘menolak’, lantaran kondisi pasien dianggap sudah mengkhawatirkan, Sehingga nyawa Benediktus Alvaro Darren tidak bisa diselamatkan, dan meninggal dunia pada Senin (2/10) pukul 18.45 wib Pungkasnya.(Pray)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close