Jember, Viralkata.com. Jumlah tambahan ini menjadi catatan tertinggi sejak pandemi melanda Jember. Jumlah kasus aktif di Jember saat ini mencapai 555 pasien dari jumlah pasien terpapar virus sebanyak 8.144, pasien sembuh 7.017 dan pasien meninggal 572 pasien.
Tidak hanya itu, akibat dari lonjakan pasien ini, Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian tempat tidur pasien di RSD dr Soebandiman Jember penuh, sehingga pihak rumah sakit sampai menggunakan 10 ambulan untuk tempat perawatan pasien.
Kepala IGD RSD. dr. Soebandi dr. Wahib Wahyu, mengatakan ruang perawatan penuh karena terus bertambahnya jumlah pasien, sedangkan pasien yang dirawat sebelumnya masih belum bisa pulang.
“ Tenda darurat juga sudah tidak mampu menampung, terlebih sebagian besar pasien yang datang sudah dalam kondisi bergejala berat,” jelas dr. Wahib Wahyu.
Melihat begitu banyaknya pasien yang baru datang, pihak rumah sakit terpaksa menggunakan sekenario lain dengan menggunakan ambulan sebagai tempat transit pasien sementara, itu pun kalau pasien yang baru datang diantar dengan menggunakan mobil.
“Sebab drop zone (tenda darurat hanya untuk 6-8 pasien, kalau datang dengan diantar motor, ini kan mereka masih harus menunggu di drop zone. membahayakan juga buat yang lain,” pungkas dr. Wahib.
Rumah Sakit dr. Soebandi sendiri, menyiapkan 120 tempat tidur untuk pasien suspect covid, dimana jumlah tersebut sudah terisi semua, ditambah tenda darurat dan 10 ambulan.
Saat dikonfirmasi di halaman RSD dr. Soebandi Jember menerangkan, pihaknya memiliki dua skenario untuk penanganan covid-19 yang menumpuk.
“Pertama jika ruangan penuh kita rawat dulu di tenda darurat bantuan BNBP maksimal kapasitasnya 10. Dan hari ini sudah penuh sebanyak 10 bahkan ada anak kecil 1 dan menjadi 11 dengan orang tuanya,” kata Wahib
Lanjutnya, pihaknya memanfaatkan ambulan dari perujuk, sebagai tempat rawat sementara. Dari pantauan wartawan di lapangan, hingga 17.00 WIB terdapat empat ambulan yang sudah berjejer.
Wahib menerangkan, hingga saat ini sudah ada 19 pasien yang belum mendapatkan kamar, namun sudah masuk di perawatan tenda darurat.
“Saat ini sudah ada 19 pasien yang belum dapat kamar. Tetapi sudah masuk di perawatan tenda darurat, ruang isolasi yang ada, drop zone depan dan tadi ini sudah dapat bantuan dari dinas untuk ambulan di mobilisasi,” ungkapnya.
Mobil dinas ada 4, sehingga 19 pasien yang ada diluar ini nanti bisa masuk ambulan. Wahib juga memaparkan, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan akan mengirimkan 10 ambulan.
“Ini dinas mau mengirim 10 ambulan tetapi masih mobilisasi. Saya minta tetap membawa oksigen karena kami masih terbatas, memenuhi yang dari ruangan-ruangan itu masih butuh banyak,” paparnya.
Lebih jauh, Wahib mengatakan pasien yang datang kebanyakan bergejala berat jarang yang sedang atau ringan.
“Yang ringan kami periksa dan kasi obat setelah itu kami pulangkan,” katanya.
Ia menjelaskan, pasien yang bergejala berat sedang dan ringan itu berdasarkan acuan dari Kemenkes. Karena, ada kriteria dan ada SOPnya.
“Kalau gejala berat itu saturasi nya di bawah 90 bahkan ada yang sampai 60, kalau sedang saturasinya 91 tetapi ada keluhan sesak dan batuk,” ungkapnya.
Wahib menerangkan, jika sudah ada kamar kosong, maka ada di dalam tenda darurat di pindahkan, dan yang dari ambulan di geser ke tenda.
“Jadi nanti kalau yang ditenda dapat ruangan, nanti yang tenda geser dulu lalu yang ambulan geser ke tenda, jadi berurutan,” pungkasnya. (gih)