HEADLINENASIONALNEWSPOLITIK

Paslon Faida VS Paslon Hendy : Pertarungan Opini Tersisa Tiga Hari.

Catatan Kritis SINGGIH SUTOYO-Pemimpin Redaksi Viralkata.com

Merujuk hasil survey PCR (Political Research Counsulting), elektabolitas Paslon Fauda-Vian unggul tipis terhadap Paslon Hendy-Firjaun, tinggal punya waktu 3 hari kedepan hingga Pilkada 9 Desember mendatang.
Hasil survey menunjukkan data elektabilitas Paslon Faida-Ivan 35,6%. Paslon Hendy-Firjaun 35,2%. Hanya selisih 0,4%. Pertarungan sengit dan ketat kedua Paslon. Paslon Salam-Ifan tertimggal di angka 11%

Sebenarnya Sisa waktu ini menjadi ajang pertarungan opini melalui media, baik online digital maupun media maenstrem. Memasuki masa tenang, hanya media yang dapat melaju tidak terikat dengan masa tenang sesuai UU Pemilu. Asal tidak dalam bentuk APK, namun dalam bentuk narasi persuasif berupa opini.
Namun sayang dalam Pilkada Jember nyaris tidak asa Paslon yang memanfaatkan media menjadi sebuah kekuatan. Memanfaatkan dalam arti secara masif dan sistimatis merupakan bagian dari strategi pemenangan Paslon. Terbukti dari tiga Paslon tidak ada Paslon yang memiliki media center.

Profesor Elizabeth Noelle pada salah satu Institut Publisistik di Jerman bahwa kekuatan media sangat bisa mempengaruhi opini publik.
Masyarakat demokrasi harus menyadari bahwa media massa merupakan hegemoni baru dalam setiap kegiatan perpolitikan, begitu juga dengan aktivitas Pilkada juga tak terlepas dari peran media massa. Para praktisi politik daerah meyakini bahwa menguasai percaturan politik berbanding lurus dengan menguasai media massa

Tak jauh berbeda tampaknya dengan Pilkada, dimana Calon Kepala Daerah menyadari kekuatan media massa sebagai instrument keterkenalan personal. Walaupun Pilkada merupakan akivitas politik lokal namun mereka yang ikut berkontestasi sejatinya akan membangun basis suara dalam pondasi popularitas, akseptabilitas hingga akan berujung ke elektabilitas.
Tak mungkin pula masyarakat daerah memilih tanpa melihat sosok yang tidak dikenalnya, untuk itu hal yang paling awal agar dibentuk adalah bagaimana seseorang itu populer melalui media massa, pelembagaan citra positif bagi pelaku politik sudah menjadi kebutuhan, dimana calon Kepala Daerah harus membangun jaringan dengan media massa agar setidaknya kandidat tersebut hadir dalam pikiran banyak orang yang sejatinya akan dijadikan bahan diskusi masyarakat.

Namun dalam pertarungan pilkada, memiliki popularitas saja tidak cukup, belajar dari “orang terkenal” yang memiliki modal keakraban dengan media massa tidak cukup untuk mengantarkannya sebagai orang nomor satu didaerah. Helmy Yahya adalah sebuah contoh nyata dimana kepopuleran yang ada digenggaman belum tentu berbuah hasil dalam aktivitas politik.
Dari itu kita dapat belajar bahwa yang harus ditempuh setelah popular adalah akseptabilitas, karena bisa saja calon kepala daerah itu popular namun tingkat keberterimaan di masyarakat masih rendah. Untuk meningkatkan akseptabilitas maka peran media massa sangat menentukan untuk membangun citra calon kepala daerah, citra itu bisa saja dibangun secara natural dan bisa juga dibangun dengan konsep yang matang melalui konsultan politik.

Media massa dianggap mampu mengubah citra seseorang untuk mendongkrak elektabilitas, benar saja salah satu strategi Bill Clinton dalam memenangkan pemilu yakni dengan menguasai media massa sebanyak-banyaknya.
Menurut Prof Hafied Cangara pakar komunikasi politik menyatakan dengan media massa masyarakat bisa menyaksikan dan mengikuti aktivitas politik seperti pidato, kampanye, konferensi pers, rapat-rapat partai, tour dan traveling pada politisi, debat kandidat dan mengetahui strategi apa yang digunakan dalam memenangkan Pemilu.

Pada level pilkada seharusnya calon kepala daerah memanfaatkan media massa sebagai forum diskusi antara calon kepala daerah dengan masyarakat daerah sehingga merangsang masyarakat untuk belajar mengembangkan potensi untuk peduli terhadap lingkungan politiknya.
Satu yang pasti, menjelang Pilkada masyarakat daerah akan disajikan berbagai informasi politik melalui berbagai media massa seperti televisi, surat kabar, radio, baliho dan lain sebagainya.

Pada level pilkada seharusnya calon kepala daerah memanfaatkan media massa sebagai forum diskusi antara calon kepala daerah dengan masyarakat daerah sehingga merangsang masyarakat untuk belajar mengembangkan potensi untuk peduli terhadap lingkungan politiknya.
Banyak yang bertanya, apa kunci sukses untuk memenangkan Pilkada? Dengan tegas kita sampaikan bahwa, kuncinya ada di tim Online Reputation Manajemen (ORM) atau manajemen reputasi online. Apa itu?

Secara garis besar, ujung tombak tim Kampanye Pasangan Pilkada memiliki tiga pilar struktur utama yaitu : Pertama, Tim Kesekretariatan. Kedua, Tim Sosialisasi & Kampanye (Soskam). Ketiga, Tim Media & Komunikasi (atau Media Center).
Seringkali, Tim Soskam ini disebut Tim Darat, sedangkan Tim Media Center disebut sebagai Tim Udara. Kedua pilar ini adalah ujung tombak yang memiliki target yang sama yaitu memenangkan peperangan, di darat dan di udara.
Tim Darat biasanya dikuasai oleh partai pengusung yang mengklaim memiliki konstituen yang sudah konfirm dipastikan akan mendukung Pasangan Pilkada.

Namun jika dukungan partai pengusung dianggap tidak kuat, atau ragu-ragu, maka untuk memperkuat dukungan biasanya juga dibentuk sejumlah grup Tim Relawan untuk memenangkan Tim Darat.
Sedangkan Tim Udara biasanya diisi kaum profesional (bisa juga pihak yang terafiliasi dengan partai) yang memahami dunia Media Center. Tim inilah yang akan melakukan komunikasi, sosialisasi, dan kampanye di semua saluran komunikasi.
Perlu dipahami bahwa tugas Media Center yang utama adalah meningkatkan popularitas. Karena dari menabur benih popularitas lah maka kita akan memanen elektabilitas.

Jika elektabilitasnya juara, maka potensi untuk meraih kesuksesan dalam suatu pilkada juga akan sangat besar.
Media Center pada umumnya memiliki tiga sayap divisi utama di dalamnya, yaitu :
Pertama, Media Relations. Tim ini bertugas untuk mendapatkan dukungan dari media dan jurnalis. Langkah yang dilakukan adalah menyiapkan bahan-bahan publikasi, dan memberikan kemudahan kepada media untuk mendapatkan narasumber.
Kedua, Tim Media Sosial. Peranan tim Media Sosial juga sama pentingnya denga tim Media Relations. Kedua tim ini bisa sali melengkapi. Tujuan utama tim Media Sosial adalah agar kandidat mendapatkan dukungan dari netizen
Ketiga, Tim Marketing Communications. Diperlukan strategi periklanan yang tepat untuk media buying dan media placement untuk penempatan iklan dan promosi kandidat.

Political branding yang tepat, dengan disain iklan yang pas sangat mempengaruhi persepsi publik terhadap sang kadidat. Karena itu pengukuran efektifitas penempatan media promosinya harus diperhitungkan secara matang.
Apakah Tim Media Center dengan tiga tim ini sudah cukup efektif?
Belum cukup. Tiga tim di atas baru sebatas Front Office Media Center yang tampil di depan. Masih perlu ada Back Office Media Center yang berperang secara diam-diam di udara, seperti siluman.

Tidak bisa dihindari, meskipun ada larangan dan di bawah ancaman hukum, namun peredaran berita fitnah, kampanye hitam dan hoaks tetap saja tumbuh dengan subur, dan menyebar dengan luas secara cepat.
Apalagi, hanya berita negatif atau kampanye negatif, pasti dengan mudah akan membanjiri media online dan media sosial.
Dalam setiap Pilkada selalu ada saja calon Pemimpin Daerah yang menghalakan segala cara untuk meraih dukungan dengan cara menjatuhkan lawan politiknya demi kemenangannya.
Nah, siapa yang bisa menenggelamkan berita dan kampanye negatif atau bahkan kampanye hitam dan hoaks yang menyerang dunia online pasangan Pilkada kita?

Tim Media Relations bertugas menjalin hubungan baik dengan kalangan jurnalis untuk memudahkan publikasi yang diproduksi, termasuk menbuat klarifikasi jika ada berita negatif yang tidak benar. Lebih untuk menjaga keseimbangan berita saja, news of balance.
Namun untuk tugas menenggelamkan berita-berita sampah di dunia online, seperti rumor, gosip, berita negatif dan fitnah adalah tugas Tim Online Reputation Management (ORP) atau manajemen reputasi online.
Dalam konteks Pilkada, ORM adalah sebuah strategi untuk mengontrol segala interaksi, aktivitas, dan feedback terhadap pasangan Pilkada, khususnya yang terjadi di dunia online.

Bagi pasangan Pilkada, munculnya informasi, komentar, atau sentimen negatif, khususnya di digital (mesin pencari Google) tentu dapat menjadi ancaman. Karena hal negatif dapat berpengaruh negatif terhadap reputasi pasangan Pilkada.
Di sinilah peran ORM dibutuhkan. Tujuannya agar online reputation pasangan Pilkada tersebut ‘baik’ di mata calon pemilih maupun konstituen. Nama yang baik pasangan Pilkada di dunia online akan memberikan kesan dan persepsi yang baik juga.
Cara Kerjanya Bagaimana?

Sebenarnya ini teknis sekali, jika punya tim yang mumpuni segera diaktivasi dan ditandemkan dengan Tim Media Center agar bisa langsung bersinergi secara optimal. Jika belum ada tim, lebih baik serahkan pada ahlinya.
Bayangkan ketika calon pemilih mengecek dengan googling nama-nama pasangan Pilkada kita, namun yang muncul adalah berita-berita sampah yang menyerang? Sangat menyakitkan karena persepsi calon pemilih pun bisa berubah.
Berita negatif sangat penting dihilangkan dari halaman 1 google, karena kecenderungan pengguna Google hanya membuka halaman 1 Google, dan mengklik satu dari 5 saran teratas di halaman hasil (SERP, search engine result page).
Tim ORM juga akan mengoptimasi Press Release positif hasil klarifikasi dan data/fakta yang sudah diterbitkan di berbagai media mainstream, maupun media sosial.

Selanjutnya tim ORP akan melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mencari solusi soal ini. Halaman pencarian Google tidaklah permanen. Berita yang miring dapat disingkirkan, dan digantikan dengan berita positif yang melegakan.
Secara garis besar, untuk mencapai goal tersebut tim akan membangun dan menulis berita positif (re-frame) dengan melakukan posting pada blog network di berbagai kanal. Tim juga akan mengunggah foto maupun video pada kanal yang tepat.
Selain itu, dengan terbitnya berita-berita klarifikasi, dan berita sejuk yang kondusif di media mainstrem nasional tentu semakin medukung dan melengkapi suplay bahan berita yang positif.

Dengan modal inilah, tim inti ORP, yatu tim Search Engine Optimation (SEO) bisa bekerja secara optimal. Tim SEO inilah yang bertanggumgjawab untuk mengoptimasi seluruh konten, dan menatanya agar yang positif tampil di halaman 1 Google dan menenggelamkan berita negatif secara kreatif (de-indexing)
Begitulah, jika langit online menjadi bersih dan cerah kembali, serta tidak ada lagi berita yang tidak diharapkan muncul di halaman satu Google, maka sesungguhnya pasangan Pilkada Anda sudah menang di udara.
Berarti tinggal selangkah lagi Anda memenangkan perang di darat. Setidaknya Tim Udara sudah memberikan infrastruktur dan jalan yang bagus untuk Tim Darat menyerang dan menangkis.

Saatnya kombinasi antara Tim Partai dan Tim Relawan membuktikan kehebatannya yang diterjemahkan dengan banyaknya jumlahnya suara yang memenangkan Pilkada.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close