.JAKARTA, VIRALKATA.COM- Tudingan politik Sontoloyo yang pernah dilempar oleh Jokowi terus menggelinding. Kubu Capres Prabowo justru menuding balik jika Jokowi sebenarnya berbicara pada diri sendiri. Seperti Zadlizon Wakil Ketum Gerindra mengatakan politik sontoloyo sebuah refleksi koreksi diri Jokowi. Janji-janji tidak ditepi dan bohong itu yang sontoloyo.
Awalnya Jokowi mengingatkan masyarakat agar berhati-hati terhadap para politikus yang sering menggunakan berbagai cara untuk menarik simpati rakyat. Terlebih menjelang pemilu ini, tak sedikit pihak oposisi yang menyerang lawan politiknya dengan cara yang tak beradab dan tak memiliki tata krama.
Cara berpolitik yang memecah belah masyarakat, menyebabkan kebencian, mengadu domba dengan cara tak beradab itulah yang ia sebut dengan politik sontoloyo. “Kalau masih pakai cara-cara lama seperti itu, masih memakai politik kebencian, politik sara, politik adu domba, politik pecah belah itu namanya politik sontoloyo,” kata Jokowi di ICE, Tangerang, Rabu (24/10).
Jokowi menilai, tak sedikit politikus yang masih menyerang dengan cara-cara yang tak sehat, terlebih menjelang Pilpres 2019 untuk menarik simpati masyarakat. Menurut Presiden, saat ini bukan zamannya lagi berkampanye dengan politik adu domba, politik pecah belah, maupun politik kebencian.
“Sekarang zamannya politik adu program, kontestasi program, konstetasi adu gagasan adu ide, adu prestasi, adu rekam jejak,” ujar Jokowi.
Kata sontoloyo beberapa hari ini menjadi tren di situs pencarian google. Presiden Joko Widodo mengaku jengkel terhadap politikus yang mengadu domba, fitnah, dan memecah belah untuk meraih kekuasaan.
Lain lagi dengan Cawapres Sandiaga aya malah bilang ke anak muda ayo, milenial ojo loyo, ojo loyo. Ini kesempatan kita 2019 ojo loyo, kita harus semangat, ekonomi kita harus kita bangkitkan dan di bawah Prabowo-Sandi, fokusnya adalah ekonomi,” kata Sandiaga
Presiden Joko Widodo mencatat lima isu yang digulirkan politikus sontoloyo kepadanya, yakni soal antek asing, TKA China, PKI, Kriminalisasi ulama, dan Suramadu. (CNNIndonesia/Safir Makki)
Hal itu dipaparkan Jokowi saat menghadiri Apel Siaga Pemenangan Partai Nasional Demokrat yang digelar di Jatim Internasional Expo, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Minggu (28/10).
“Saya ingin menyampaikan beberapa isu, yang sering sekali membuat masyarakat banyak yang bingung,” kata Jokowi di hadapan ribuan kader Nasdem se-Jawa Timur.
Sekarang ini, kada Jokowi, politikus sontoloyo kerap kali melakukan peperangan isu. Jokowi pun mengaku dirinya sudah jengkel terhadap hal itu. Namun, ia telah menemukan cara untuk menepisnya, yakni memberikan penjelasan secara sederhana.
“Kalau kita bisa menjelaskan secara baik, secara sederhana, bisa diterima oleh masyarakat akan sangat gampang sekali kita masuk dan berkomunikasi kepada rakyat,” kata dia.
Jokowi mencatat setidaknya ada lima isu yang menurutnya biasa dijadikan bahan serangan politikus sontoloyo kepada dirinya.
Antek Aseng
Isu yang pertama, kata Jokowi, adalah tentang tudingan dirinya berpihak kepada kepentingan asing. Politikus sontoloyo, kata Jokowi, biasa menyebutnya dengan istilah ‘Jokowi antek aseng’.
“Mereka bilang, Presiden Jokowi itu antek aseng, bener ndak? ada ndak?,” tanya dia, pada ribuan kader Nasdem yang hadir.
Jokowi membantah tudingan itu. Ia mengklaim pemerintahan di bawah kepemimpinannya telah berhasil mengambil alih sejumlah blok penghasil minyak besar yang selama bertahun-tahun berada di tangan asing.
“Perlu saya sampaikan, jadi ada blok besar yang namanya Blok Mahakam, yang dikelola oleh Perancis dan Jepang, sekarang sudah 100 persen kita serahkan kepada Pertamina,” ujar Jokowi.
Lalu blok yang kedua, adalah Blok Chevron atau Blok Rokan. Jokowi mengklaim blok itu kini sudah berpindah tangan dan telah 100 persen di menangkan oleh pihaknya Pertamina
Jokowi juga menyinggung divestasi Freeport yang kini sudah dikuasai Indonesia melalui perjalanan panjang. Jokowi mengklaim pemerintah Indonesia kini telah menguasai mayoritas saham perusahan tambang itu sebesar 51,2 persen, dari sebelumnya hanya 9,3 persen.
“Sekarang pertanyaannya adalah, antek aseng-nya di mana?,” tanya dia.
Banjir TKA China
Isu yang kedua adalah soal masuknya jutaan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ke Indonesia. Jokowi menyebut politikus sontoloyo seringkali mengumbar tudingan bahwa Indonesia saat ini diserbu oleh setidaknya lebih dari 10 juta TKA.
“Itu hoaks,” kata Jokowi, disambut tepuk tangan hadirin.
Jokowi menyebut jumlah 10 juta yang ditudingkan itu merupakan angka yang didapat dari perjanjian kerja sama antara Indonesia dengan China untuk mendatangkan wisatawan asing, bukan tenaga kerja.
“Yang namanya 10 juta itu adalah tanda tangan kita dengan Tiongkok untuk turis, untuk turis, bukan tenaga kerja, karena ada 180 juta turis dari Tiongkok yang menjadi rebutan negara-negara di seluruh dunia, kita tanda tangan, komitmennya minimal 10 juta yang akan datang ke Indonesia,” ujar dia.
Kendati demikian Jokowi tak menampik memang ada TKA asal Tiongkok yang kini berada di Indonesia. Namun jumlahnya berkisar 24 ribu.
“Justru tenaga kerja kita (TKI) yang ada di Tiongkok ada 80.000. Artinya yang di sana dulu itu antek Indonesia begitu?” kata Jokowi, disambut tawa ribuan peserta.
Jokowi mengklaim bahwa TKA yang ada di Indonesia itu jumlahnya sangat kecil, bahakan tak sampai satu persen, hanya 0,03 persen. Hal itu tak sebanding dengan jumlah TKI yang diklaim lebih besar di sejumlah negara.
“Tenaga kerja kita di Uni Emirat 80 persen, Saudi 33 persen, Brunei 32 persen, Singapura 24 persen, Malaysia 54 persen, sedangkan TKA di Indonesia tak ada 1 persen,” ujar dia.
PKI Balita
Jokowi juga mengaku dirinya sering kali mendapat tudingan bahwa dirinya adalah anggota partai terlarang di Indonesia, Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Coba saya lahir tahun 1961, PKI dibubarkan tahun 1965-1966. Umur saya baru 4 tahun, masak ada PKI balita? Nggak ada itu,” kata Jokowi.
Ia lalu menampilkan sebuah foto yang beredar di media sosoial. Foto tersebut menampilkan potret pimpiman PKI, DN Aidit yang sedang berpidato, yang anehnya, kata Jokowi, di foto itu ternyata juga ada dirinya.
“Coba lihat di gambar-gambar tahun 1955 ini, DN Aidit pidato, di dekat dia ada saya, coba? Saya lahir aja belum, gambarnya mirip saya, itu kan kebangetan,” kata dia.
Buku tentang PKI karangan Rizieq Shihab disebarkan ke publik saat gelaran acara doa untuk Rizieq di Monas beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia) |
Kriminalisasi Ulama
Isu yang keempat, kata Jokowi, adalah soal kriminalisasi ulama. Jokowi menampik tudingan itu.
Jokowi meminta penudingnya, yakni para politikus sontoloyo, untuk menjelaskan dengan gamblang apa maksud dan tujuan dari isu kriminalisasi ulama tersebut.
“Ulama nya mana? Yang dikriminalisasi itu siapa? suruh sebutkan siapa? Tiap hari saya dengan ulama, tiap minggu saya masuk ke pondok pesantren, sekarang calon wakil presiden kita adalah topnya ulama Indonesia, ketua MUI Indonesia,” kata Jokowi merujuk pada KH Ma’ruf Amin yang kini mendampingi dirinya sebagai calon wakil presiden.
Reforma Agraria
Berikutnya adalah soal tudingan inkar janji pada reforma agraria yang termaktub dalam Nawacita. Jokowi menyebut sekarang ini pihaknya telah memberikan sertifikat lahan dengan variasi luasanya yang beragam mulai dari 5 hektare, 10 hektare, ada pula yang sampai 1.000 hektar.
Jokowi menyatakan pihaknya saat ini baru berhasil melakukan reforma agraria untuk 1 juta 80 hektare lahan, baik untuk tanah adat, kelompok, ataupun perorangan.
“Memang baru yang kita bagikan kurang lebih satu juta 80 ribu hektare, baik untuk tanah adat, kelompok bersama atau individu,” kata dia.
Partai Gerindra mengaku tak merasa pernyataan itu dialamatkan untuk mereka.
“Kita nggak merasa terganggu kok, kita nggak merasa kita dituding,” kata Waketum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10/2018).
Dasco pun enggan mengomentari lebih jauh soal politik sontoloyo yang disebutkan Jokowi. Ia membiarkan masyarakat yang memberikan penilaian terhadap Jokowi terkait ucapan tersebut.
“Kita nggak tahu yang dimaksud pak presiden siapa. Tapi kita berpikir positif saja untuk terus bekerja,” tutur Dasco.
Jokowi sebelumnya menjelaskan maksud pernyataannya mengenai ‘politik sontoloyo’. Politik sontoloyo disebut Jokowi sebagai cara berpolitik tidak sehat yang sering dilakukan menjelang pemilu.
“Jadi gini, menjelang pemilu ini banyak cara yang tidak sehat digunakan oleh politisi. Segala jurus dipakai untuk mendapat simpati rakyat. Tapi yang nggak baik sering menyerang lawan-lawan politik dengan cara-cara tidak beradab, tidak beretika, tidak ada tata kramanya, itu yang nggak sehat seperti itu,” jelas Jokowi, Rabu (24/10).
Karena itu, Jokowi mengingatkan saat ini bukan lagi era berkampanye dengan memecah belah. Para politikus sebaiknya berkampanye dengan mengedepankan gagasan dan prestasi.
Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi bidang Advokasi dan Hukum Eggy Sudjana mengatakan, pernyataan Presiden Joko Widodo soal politikus sontoloyo adalah bahasa yang tidak etis. Baiknya Jokowi menyebut secara spesifik siapa yang politikus yang dimaksud sontoloyo.
“Dalam forum yang terhormat kan bahasa Sontoloyo kan bahasa tidak etis, jadi ya introspeksi diri yang sontoloyo itu siapa, jadi kalo mau nyebut, nyebut yang tegas enggak usah takut, kalau masih umum melebar siapa sontoloyonya. Nanti kalau instrospeksi, jadi kembali ke dirinya,” katanya di Kompleks Parlemen, SenayanMenurut Eggy, pernyataan tersebut ditujukan kepada capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan kelompoknya. Pasalnya, lawan politik Jokowi hanyalah Prabowo.
“Kalau dari segi situasi, cuman dua kandidat ya pasti ditujukan ke Prabowo. Emang ke siapa lagi? Tapi secara objektif tadi saya sudah bilang bisa juga karena dia tidak menyebut itu bisa kembali ke dirinya, cuman dia gak sadar gitu loh,” tuturnya.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu memandang, lontaran sontoloyo tersebut adalah strategi politik Jokowi supaya tak dianggap lemah sebagai petahana. Beda dengan dulu saat Jokowi belum menjadi orang nomor satu di Indonesia.
“Menurut saya bukan bagian lain dan sebagainya, tapi ini strategi dia. Yaitu menyerang, supaya sebagai petahana tidak dianggap lemah. Waktu dulu dia belum jadi apa apa ya relatif diam, lembek sehingga dapat simpati. Kalau sekarang dia sudah punya kekuasaan jadi strateginya mesti menyerang. Jadi tinggal sekarang adu kuat aja kalau gitu,” tandasnya.