JEMBER-VIRALKATA.COM-Kondisi UKM (Usaha Kecil Menengah) di Jember semakin terpuruk selama pemerintahan Faida. Sampai saat ini pemerintah daerah tidak mempunyai inisiatif untuk benar-benar memajukan UKM di Jember. Berbanding terbalik dengan masa pemerintah sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Rendra Wirawan, SE, Ketua UKM/IKM Nusantara Cabang Jember kepada Viralkata.com . “Dulu saat di masa pemerintahan Djalal, ada inisiatif pemerintah untuk membuat sentral oleh-oleh khas Jember produksi UKM”, jelasnya.
Tempat sentra oleh-oleh khas Jember, dapat menjadi tujuan utama wisatawan luar untuk mencari oleh-oleh serta menjadi produk andalan kota Jember. Salah satu tempatnya di rest area daerah Jubung. Banyak wisatawan atau pendatang luar kota yang mampir di rest area untuk mendapatkan oleh-oleh atau souvenir khas Jember, terutama makanan atau oleh-oleh yang terkena menjadi brand produk Jember seperti Suwar-Suwir, Tape, atau makanan olahan lainnya. “Namun kini tempat pusat oleh-oleh di rest area Jubung itu tidak ada karena tidak lagi didukung pemerintah daerah.” Ucapnya.
Rendra yang mantan ketua HIPMI Cabang Jember itu juga mengungkapkan mengenai janji manis dari Faida untuk memberi bantuan modal usaha dan meningkatkan kesejahteraan koperasi dan UKM. Namun, hingga saat ini bantuan tersebut tidak ada Saat Pilkada sebelumnya, Faida menyampaikan program kerja unggulannya, ada sektiar 3 janji kerja yang berfokus pada peningkatan koperasi dan UKM. Namun sampai saat janji kerja tersebut hanya sekedar wacana. Sama sekali tidak ada inisatif pemerintah daerah untuk meningkatkan UKM di Jember.
Alhasil kondisi UKM di Jember saat ini kian terpuruk. Selama ini UKM harus bergerak sendiri untuk menggerakkan perkonomian. Terlebih lagi di masa pandemi ini. Rendra menyebut di masa pandemi ini, justru pemerintah harus masif memberikan stimulus dan inisatif untuk memajukan UKM. Namun bantuan tersebut hingga kini tidak ada . Dulu pernah pemerintah daerah sempat membuka pendafataran untuk pengalokasian bantuan bagi UKM. Namun sistem pendaftarannya yang tidak tepat. Yang mendaftar untuk bantuan tersebut belum pasti dari UKM. Alhasil, banyak bantuan yang salah sasaran. “Semestinya pemerintah daerah bekerja sama dengan kami (UKM/IKM Cabang Jember), sehingga kami bisa memberikan data daftar UKM yang ada di Jember.” tambahnya.
Lebih parah lagi, bupati Faida hingga kini belum membuka kembali tempat-tempat wsiata di Jember, hingga status dia saat ini cuti digantikan Plt bupati Kyai Muqit Arief. Sektor pariwisata memberikan kontribusi besar bagi UKM di Jember. Biasanya, wisatawan luar akan berkunjung ke UKM yang memproduksi oleh-oleh khas Jember, kendati tidak semasif dahulu. Maka dari itu, Rendra mempertanyakan mengapa hingga saat ini sektor pariwisata belum dibuka “Sektor pariwisata memberikan banyak keuntungan bagi UKM di Jember utamanya yang bergerak di penjualan oleh-oleh khas Jember.
Namun karena sektor pariwisata tidak kunjung dibuka, kondisi UKM kian buruk. Padahal kota tetangga seperti Bondowos, Lumajang dan Banyuwangi sudah mulai membuka sektor pariwisata” ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, terdapat 181.474 UKM yang ada di Jember dan jumlanya terus meningkat tiap tahunnya. Jika kita asumsikan 1 pemilik UKM mempunyai 4 anggota keluarga (ayah, ibu, 2 anak), terdapat lebih dari 720.000 orang yang menggantung hidupnya pada sektor UKM. Kondisi UKM dari awal pemerintahan Faida hingga kini kian memburuk, ditambah lagi adanya pandemi.Dengan data BPS tersebut, maka sebetulnya UKM memiliki potensi sangat besar untuk meningkatkan sektor ekomomi kerakyatan. Lebih-lebih bila ada dukungan signifikan dari Pemerintah Daerah Jember, utamanya dalam bentuk regulasi, modal, managemen, serta fasilitas lain termasuk penguatan produk andalan yang menjadi ikon Jember (fabby)