JAKARTA, ViralKata.com – Popularitas pasar keuangan sebagai sumber pendanaan bagi korporasi tahun ini diprediksi meningkat, seiring meredanya tren kenaikan suku bunga. Minimnya risiko fluktuasi suku bunga membuat penerbitan surat utang atau obligasi kembali semarak.
Ramainya penerbitan obligasi korporasi tahun ini ditopang meredanya tren kenaikan suku bunga. Secara umum, kupon obligasi berbanding lurus dengan bunga acuan. “Saat risiko fluktuasi suku bunga menurun, biasanya perusahaan memang banyak menerbitkan surat utang karena mereka mengejar momen bunga rendah,” kata Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan di Jakarta, Senin (21/1)
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada triwulan I-2018 sebanyak empat perusahaan akan merilis obligasi maupun sukuk. Dua di antaranya adalah PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk, yang akan merilis obligasi dengan nilai emisi masing-masing Rp 500 miliar.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk akan menerbitkan emisi yang menjadi bagian dari Obligasi Berkelanjutan IV dan sukuk mudharabah III mereka sebelumnya senilai Rp 800 miliar. Nilai emisi obligasi terbesar akan dirilis PT Permodalan Nasional Madani yang diperkirakan mencapai Rp 2 triliun.
Menurut Valdyi, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, telah memberikan sinyal untuk tidak terburu-buru (dovish) menaikkan suku bunga acuan. Hal ini turut membuat obligasi di negara-negara berkembang kembali menarik.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tiga dari kanan) didampingi para Deputi Gubernur Bank Indonesia bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk akhir tahun 2018 di Jakarta, Kamis (20/12/2018). BI tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-day reverse repo rate) sebesar 6 persen, antara lain, untuk mempertahankan daya saing investasi
Rapat Dewan Gubernur BI yang berlangsung pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 6 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo menilai, level suku bunga acuan masih cukup kompetitif untuk memberi ruang masuknya modal asing ke Indonesia.
Valdy mengatakan, pada 2017 saat tren suku bunga sedang menurun, nilai emisi obligasi dan sukuk termasuk penawaran umum berkelanjutan tahap I dan seterusnya mencapai Rp 156,71 triliun. Sementara saat terjadi tren kenaikan suku bunga pada 2018, nilai emisi obligasi hanya mencapai Rp 114,18 triliun.
Kepala Riset Narada Asset Manajemen Kiswoyo Adi Joe, mengatakan sinyal meski tren kenaikan suku bunga mereda, sejatinya sinyal penurunan suku bunga acuan belum terlihat tahun ini. Di samping surat utang, emiten pun mencari pendanaan alternatif dari instrumen konvensional lain.
“Emiten sektor konsumsi contohnya, saat ini punya peluang lebih baik untuk mencari pendanaan dari pinjaman bilateral karena turnover emiten di sektor ini cepat,” kata Kiswoyo seperti dilansir laman Kompas.com
Menurut penilaian Kiswoyo, obligasi global pun memiliki prospek yang menjanjikan tahun ini dari segi penerbitan seiring dengan peringkat positif yang didapat sejumlah korporasi Tanah Air. Kendati begitu, investor tetap dituntut cermat ketika berinvestasi pada instrumen tersebut, baik yang akan diterbitkan pemerintah maupun korporasi. (R3)