“Intinya harus ada cara-cara inovasi untuk menjalankan industri pariwisata masa pandemi sekarang ini”, jelas Dr. Djoko Poernomo, M.Si, Dekan Fisip UJ, didampingi Wadek I, Prof. Dr. Zahra Puspita, M.Si kepada Viralkata, Selasa (16/08/2021)
FISIP Universitas Jember mengundang para peneliti dalam acara yang bertajuk International Conference and Call For Papersrebuilding Tourism For The Future Collaborative Innovation Strategies
Konferensi pariwisata ini dilaksanakan dalam acara yang digelar pada tanggal 12 sampai 14 Agustus 2021 ini juga dihadiri oleh Professor Carlos Costa selaku Kepala Departemen Ekonomi, Manajemen, Teknik Industri, dan Pariwisata, Universitas Aveiro, Portugal.
Menurut Dekan, konferensi ini
merupakan hasil kajian para akademisi dari 24 perguruan tinggi, termasuk para praktisi industri wisata, diantara mereka adalah hasil riset. Seperti apa dampak yang ditimbulkan terhadap sektor pariwisata selama masa pandemi.
Pandedemi berlangsung hampir dua tahun, mulai Maret 2020 hingga saat Agustus 2021 hingga kini belum juga berakhir.
“Hasil riset selama pandemi, pembahasan persoalan termasuk sangat aktual’, ujarnya.
Menurutnya, dampak yang paling menonjol adalah kinerja dalam bidang pariwisata sangat menurun. Seberapa besar penurunannya, pihaknya belum mengetahui secara prosentase. tapi yang dirasakan kalangan pelaku pariwisata sangat berdampak.
Namun kondisi ini, lanjut Djoko, tidak bisa dibiarkan terus, harus ada upaya atau strategi yang harus dilakukan. Sebab kalau dibiarkan terus, maka industri pariwisata akan mengalami koleb atau bangkrut.
Harus ada strategi-strategi inovasi yang harus dilakukan. Bagaimana cara yang tepat membangkitkan kembali pariwisata seperti semula sebelum pandemi. Cara yang dilakukan saat pandemi, harus berbeda dengan sebelum terjadinya pandemi.
Kalau dulu mungkin masih konvensional, tapi kini harus berbeda. Salah satunya yang dapat dilakukan para pelaku industri pariwisata adalah melakukan dengan memanfaatkan media teknologi informasi, lebih pada perubahan kearah digitalisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Menutut Djoko, cara ini untuk mendongkrak penurunan iklim industri pariwisata.
Untuk itu, sangat perlu inovasi-inovasi baru. Misalnya salah satu contoh berbagai obyek wisata yang ada, contohnya wisata Puger, Banyuwangi atau Kalibaru cotage, Bukit Terapi Curahnongko. Ijen dan seterusnya.
Harus menggunakan cara inovatif. Selain cara digitalisasi juga pemanfaatan penggunaan era medsos, juga penting dan dominan.
Dengan digitalisasi maka perlu keahlian tersendiri bagi para pelaku industri pariwisata, perlu keahlian untuk melakukan visualiasi foto dan video, sacara bagus sehingga obyek wisata menjadi kelihatan bagus dan menarik.
Menurut Djoko, dalam forum konferensi dari kolega dan peserta menampilkan visualisasi obyek wisata yang sangat menarik. “Banyak foto.atau video yang dihasilkan sangat menarik, baik yang ada di Madura, Papua, Laboanbajo, dan daerah lain”, ungkapnya.
Hal-hal seperti itu kalau diunggah dalam media, terutama medsos, sangat menarik. Apalagi kalau mereka itu menguasai sebagai digital marketing.
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak oleh pandemi Covid-19. Kepariwisataan Indonesia pun tidak luput dari kondisi tersebut, hampir sebagian bisnis pariwisata menjadi lumpuh. Untuk dapat tumbuh kembali sektor pariwisata perlu inovasi-inovasi dalam proses tata kelolanya. (gih)