-
JEMBER-VIRALKATA.COM- Berlangsung pertemuan bupati/wakil bupati terpilih H. Hendy-Gus Firjaun dengan sejumlah wartawan di kantor HSC Slawu pada Selasa malam(23/2/2021).
Sebagian wartawan mempertanyakan kenapa H Hendy-Gus Firjaun, tidak mengundang semua wartawan yang ada di Jember. Jumlah wartawan ada sekitar 100 orang, yang datang dalam pertemuan itu tidak lebih dari 40 orang wartawan
- Berdasarkan sumber Viralkata.com dari seorang wartawan yang ikut dalam pertemuan itu, forum pertemuan itu bukan inisiatif dari H. Hendy, melainkan dari salah seorang wartawan. ” Yang memberikan undangan dalam pertemuan itu bukan H. Hendy, tapi salah seorang teman wartawan”, ucap Suhaimik, wartawan senior di Jember, kemudian menyebut nama seorang wartawan yang mengundang dirinya ikut dalam pertemuan tersebut.
H. Hendy sendiri, kata Suhaimik, hanya menyediakan tempat pertemuan di kantor HSC dan jadwal waktu, tapi tidak tahu nama-nama wartawan yang akan ikut dalam pertemuan.
H. Hendy dalam berbagai kesempatan mengatakan keinginannya untuk merangkul semua kelompok wartawan di Jember untuk memaksimalkan potensi dan peran wartawan dalam ikut membangun Jember.
Saat era bupati Faida, keberadaan wartawan di Jember mengalami polarisasi, tidak kompak bahkan terbelah karena ada perlakuan yang tidak sama terhadap wartawan. Ada kelompok wartawan sedikitnya 44 orang wartawan mendapat ikatan MOU dengan Pemkab Jember dengan fasilitas honor tulisan setiap bulannya. Mereka masuk dalam sebuah konsorsium dengan menghimpun dalam kelompok Forum Wartawan Lintas Media, kemudian sering disebut wartawan Forum. Sedangkan sisa wartawan yang lain tidak terikat MOU, umumnya anggota PWI, AJI, IJTI serta wartawan kelompok lain.
Wartawan yang MOU dengan Pemkab mendapat kemudahan fasilitas akses informasi dan pembiayaan anggaran APBD. Dari sisi pemberitaan juga mengalami perbedaan, wartawan Yang mendapat MOU cenderung melakukan back up kegiatan bupati Faida dan pemkab. Sebaliknya wartawan diluar itu cenderung kritis, bahkan bersikap oposan atau perlawan terhadap figur bupati Faida.
H Hendy-Gus Firjaun menyiapkan tempat dan jadwal waktu bertemuan wartawan dalam rangka mendapatkan masukan. Apa dan bagaimana harapan wartawan terhadap H. Hendy – Gus Firjaun dalan rangka taqline wis wayahe benahi Jember.
Namun disayangkan wartawan yang ikut dalam pertemuan hanya dari kelompok tertentu, tidak mengajak semua kelompok wartawan. “Minus kelompok wartawan pendopo era bupati Faida, kata sumber lain.
Sebetulnya audensi H Hendy-Gus Firjaun dengan berbagai kelompok dan profesi sudah sering dilakukan, baik di kantor HSC maupun justru H. Hendy-Gus Firjaun yang proaktif datang ke berbagai kelompok dan profesi.
Misalnya beberapa waktu sebelumnya pertemuan dengan para kepala sekolah SD, dengan KAHMI Jember, dengan Direktur/Wakil Direktur Polije, dengan Rektor dan Warek Unej, serta berbagai kalangan profesi dan kelompok yang lain. Semua pertemuan itu dalam upaya saling memberikan masukan.
Demikian juga yang terjadi pada pertemuan/undangan kelompok wartawan di kantor HSC, informasinya juga bertujuan sharing untuk tujuan positip. Namun tujuan yang positip belum tentu menghasilkan yang selalu positip, kadang muncul bias.
Misalnya sebagian wartawan yang tidak datang karen tidak tahu atau merasa tidak diundang, maka menimbulkan spekulasi di kalangan wartawan. Menimbulkan friksi. Dari friksi ini dapat menimbulkan sentimen negatif. Sedangkan sentimen negatif wartawan jelas kontra produktif, lebih-lebih kemudian diwujudkan dalam bentuk tulisan opini dan pemberitaan.
Kekalahan bupati Faida dalam Pilkada 9 Desember lalu, bukan semata-mata kekuatan Paslon H.Hendy-Gus Firjaun, tapi juga ada kontribusi banyak pihak, termasuk pemberitaan wartawan yang ikut mendown grade, melakukan perlawanan, menjatuhkan bupati Faida secara terus menerus hingga menimbulkan sentimen negatif. Menurunkan popularitas bupati Faida.
Sebaliknya sebagian wartawan meng up grade berita H Hendy- Gus Firjaun yang berdampak pada sentimen positip menaikkan popularitas dan elektabillitasnya.
Menurut beberapa wartawan setelah H Hendy- Gus Firjaun dilantik alangkah baiknya bila H. berusaha merangkul semua kelompok wartawan. Terutama melalui pendekatan langsung kepada media dan wartawan bersifat institusional, bukan personal yang subyektif. Misalnya memberdayakan jalur formal Dinas Kominfo, bukan melalui jalur pribadi orang perorang. “Dinas Kominfo harus lebih berperan, bukan personal”, ujar Mohamad Nasir, wartawan Bidik yang bertugas di Jember.
Untuk menyatukan semua kelompok wartawan, harus melalui pendekatan institusional. Demikian juga masing-masing wartawan yang bertugas liputan di kantor Pemkab, juga atas dasar tugas institusi media, tempat wartawan berasal.
Di beberapa daerah lain, muncul wartawan Pokja (kelompok kerja) pos liputan. Wartawan yang tergabung dalam Pokja pos liputan berdasarkan surat tugas dari redaksi.
Dengan demikian akan
menghapus perbedaan perlakuan, pilih-pilih, like & dislike. Kalau semua kelompok wartawan dirangkul, maka harapannya wartawan lebih kompak memberikan peran lebih maksimal muncul opini dan berita dengan muatan positip, tidak saling sikut dan menjatuhkan tapi mengedepankan profesional. “Kita lebih suka profesional saja”, ujar Gangsar, Pemred Tabloid Mingguan Sorot.