JAKARTA, ViralKata.com – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei perihal kegiatan reuni 212 di Jakarta 2 Desember lalu. Tidak ada perubahan signifikan terhadap elektoral dua pasangan capres-cawapres, Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi. Kubu Jokowi masih unggul.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby mengatakan pasca kegiatan reuni 212, elektoral Jokowi-Ma’ruf, berdasarkan hasil survei pada November, masih unggul di atas 50 persen dari Prabowo-Sandi. Survei pada bulan November menunjukkan elektoral Jokowi sebesar 53,2 persen sedangkan Prabowo 31,2 persen.
“Pasca reuni 212, elektabilitas kedua capres tidak banyak berubah dan cenderung stagnan. Survei LSI Denny JA pada Desember 2018 menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi-Maruf sebesar 54,2 persen sementara elektabilitas Prabowo-Sandi pada Desember ini sebesar 30,6 persen,” ujar Adjie dalam keterangan resmi secara tertulis, Kamis (20/12).
Dia menyebut ada lima alasan elektoral kedua pasangan capres-cawapres cenderung stagnan pasca reuni 212. Alasan utama adalah, masyarakat yang menyukai kegiatan reuni 212 sudah menentukan pilihannya, sehingga seruan Rizieq Shihab tentang NKRI bersyariah dan ganti presiden tidak berkontribusi banyak terhadap elektoral Prabowo.
“Seruan Habib Rizieq untuk ganti presiden atau ingin presiden baru juga tidak semua diamini pemilih. Dari mereka yang menyatakan suka kegiatan reuni 212, sebesar 43,6 persen menyatakan memilih pasangan Jokowi-Maruf. Sementara 40,7 persen mendukung Prabowo-Sandi,” kata Adjie.
Alasan kedua adalah migrasi pemilih dari pasangan capres-cawapres. Ia mengatakan sejak kegiatan reuni 212 diadakan, Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni 212 merupakan dua kelompok masyarakat yang banyak mendukung Prabowo-Sandi.
“Jika pada November 2018 dukungan FPI ke Prabowo sebesar 68,3 persen setelah reuni 212 sebesar 74,8 persen. Sementara PA 212 pada November mendukung Prabowo sebesar 70,4 persen, Desember (dukungan) PA 212 sebesar 82,6 persen,” tukasnya.
Adapula kelompok masyarakat yang berpindah haluan dari Prabowo-Sandi ke Jokowi-Ma’ruf. Seperti Nahdlatul Ulama, jika pada November dukungannya kepada pasangan nomor urut 02 sebesar 30,2 persen maka setelah aksi reuni 212 dukungannya turun menjadi 28,6 persen.
Organisasi lainnya adalah Muhammadiyah. Pada bulan November dukungan Muhammadiyah ke Prabowo-Sandi sebesar 40,7 persen kini tinggal 38,4 persen.
Alasan ketiga stagnansi elektoral kedua pasangan capres-cawapres adalah tingkat kepuasan kinerja Jokowi. Dari hasil survei menunjukkan tidak ada peningkatan signifikan dari masyarakat atas kinerja Jokowi empat tahun belakangan ini.
“Kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi pada bulan November 69,4 persen, Desember naik menjadi 72,1 persen. Penilaian atas kinerja Jokowi sebagai Presiden tidak banyak berubah sebelum dan sesudah reuni 212 dan mereka masih tetap puas di angka yang cukup tinggi, ujarnya.
Keempat, masyarakat menilai simbol Islam tidak bisa digunakan untuk mengerus dukungan Islam ke Jokowi karena calon wakilnya adalah seorang ulama.
Alasan terakhir reuni 212 tidak berdampak terhadap Jokowi jika dikaitkan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dari 1.200 responden yang dilibatkan LSI Denny JA mengatakan gerakan 212 efektif menurunkan elektabilitas Ahok karena isu Ahok tersangka atas tuduhan penistaan agama, sementara Jokowi bukan common enemy bagi pemilih muslim. (R3)