HEADLINENASIONALNEWSPOLITIK

Waspadai Serangan Fajar Jember Besok

Catatan Kritis SHODIQ SYARIF, M.Si, Redaktur Tamu Viralkata.com, Dosen UIJ Jember.

JEMBER-VIRALKATA.COM- Hari-hari ini warga Jember dan banyak warga daerah lain yang kebetulan menggelar pilkada, menunggu pemilihan bupati dan wakil bupati yang tinggal besok hari. Mereka ingin segera tahu siapa kira-kira yang bakal keluar sebagai juara lima tahunan itu.
Namun yang tak kalah pentingnya, mereka juga menunggu siapa di antara kandidat yang akan melakukan operasi “serangan fajar” pada detik-detik hari “H” tanggal 9 Desember mendatang. Sebab, gonjang-ganjing dan rumor bakal terjadi serangan fajar oleh sejumlah kandidat memang sudah santer bergaung seantero wilayah pemilih, terutama di pinggiran kota.

Mereka sudah mendengar bakal ada serangan fajar besar-besaran bagi warga yang menghendakinya. Malah siang -malam di antara mereka ada yang berkomat-kamit memanjatkan doa agar serangan fajar kali ini benar-benar terjadi, malah lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya. Kalau dulu masing-masing pemilih hanya mendapat 20 ribu, kini diharapkan bisa berlipatganda antara 50 hingga 100 ribu rupiah. Bahkan kalau bisa lebih dari itu.

Yang jelas isu bakal adanya serangan fajar menjelang detik-detik pemilihan bupati di Jember (dan mungkin daerah lain) saat ini sedang ramai diperbincangkan, dan ditunggu-tunggu masyarakat. Apalagi ada beberapa kandidat telah menyiapkan tenaga pencatat daftar pemilih untuk mendatangi rumah-rumah warga guna mengabarkan rumor tersebut.
Tujuannya, apakah (warga) mau memilih calon tertentu, dengan iming-iming imbalan yang menggiurkan. Bahkan petugas “cacah jiwa swasta” itu nekat meminjam KTP atau KK (kartu keluarga) untuk dibawa pulang. Menjelang hari “H” nanti dikembalikan, sambil menambahi “uang mahar” yang telah diberikan sebelumnya. Tak soal.
Konon, cara yang digunakan petugas tersebut mirip dengan pola yang dilakukan ketika ada pilkades. Yakni, pihak-pihak yang berkepentingan mendata jumlah pemilih kades, untuk menentukan sejauhmana kekuatan yang dimiliki kelak. Dan, itu biasanya dikesankan dengan kepentingan “spekulan” dalam pilkades.

Apakah gaya tersebut akan mempan dan efektif untuk menjaring pemilih pilkada? Tentu saja mereka sendiri yang tahu. Pastinya, ketika mereka melakukan cara demikian, berarti sudah dipertimbangkan matang untung ruginya. Jika dianggap efektif, berarti mereka memiliki data akurat dan valid, sehingga bisa menambah kepercayaan diri untuk memenangi pilkada.
Seperti halnya di berbagai daerah umumnya, Pilkada Jember pun juga tak sepi dari isu politik uang (money politic). Lebih-lebih kompetisi antar kandidat untuk memenangi pilkada lima tahun ini cukup ketat. Terutama antara incumbent (petahana, dr Faida). Sedangkan pasangan Hendy-Gus Firjaun, difavoritkan sebagai kuda hitam. Tentu saja, tidak boleh mengecilkan pasangan Cak Salam-Ifan Ariadna, Keduajnya diusung partai besar, PKB dan PDIP, plus partai kecil lainnya.
Sebelumnya, ada nama Djoko Susanto, mantan pejabat BPN (Pertanahan), Achmad Sudyono, Ayub Junaidi, Gus Mamak, dan banyak lagi. Namun belakangan pada berguguran, dengan berbagai sebab, muila iterkait hukum, politik, hinnga keasulitan mencari pasangan (wakil).

Bahkan konon ada isu salah seorang kandidat diisukan telah menyiapkan amunisi dahsyat, yakni mencapai puluhan miliar rupiah. Mereka yakin dengan kekuatan amunisi tersebut, tak terlalu sulit mendapatkan dukungan warga. Lebih-lebih sebelumnya sudah mengantongi banyak pendukung akar rumput.
Malah, ketika ditanya para wartawan, apa program unggulan yang ditawarkan, para tim sukses bercanda cukup dengan “fulus”. Makanya, di sejumlah baliho maupun pertemuan dengan berbagai komunits, mereka jarang obral janji. Mereka yakin dengan mendatangi pemilih dari rumah ke rumah, akan cukup efektif, dan mengena langsung sasarannya.
Pertayaannya, apakah masyarakat akan mudah tergiur dan terhiptonis dengan serangan fajar? Memang masih perlu dibuktikan kelak. Bagi warga kota dan yang berpendidikan cukup memadai, mungkin serangan fajar kurang efektif. Mereka hanya mau menerima amunisinya, namun belum tentu memilih kandidat yang disuguhkan.

Namun bagi warga pinggiran, terutama yang lemah ekonomi dan “imannya”, isu serangan fajar sangat menggoda. Bahkan –seperti yang disebutkan di awal tulisan ini—mereka justru menunggu-nunggu operasi masif serangan fajar tersebut. Mereka tak peduli siapa yang bakal memimpin Jember, asal hari ini (hari “H”) ada berkah nomplok datang.
Meski demikian tentu masih banyak warga yang rasional menghadapi rumor serangan fajar tersebut. Seperti yang disampaikan warga Mangli yang notabene simpatisan PKB. “Masak terima uang Rp 20 ribu aja, harus pake tanda tangan. Mending gaklah …” tutur seorang ibu warga muslimat.

Bagi warga terutama wong cilik serangan fajar, dianggap sebagai berkah pemilu. Itu barang, hanya akan datang pada momentum-momentuk tertentu, seperti pilkada saat ini. Bahkan dianggap sebagai jatahnya wong cilik yang tak boleh ditolak, meski berbau syubhat.
Jika para elite parpol telah mendapat “mahar” lumayan mahal dari kandidat, untuk wong alit cukup yang receh saja. Yang penting berkah itu sama-sama dirasakan, baik oleh elite partai, petinggi, kiai, guru ngaji, hingga tukang cuci, misalnya.
Tentu saja bobot pahala dan dosanya diharapkan tidak sama. Sebab, amalan orang alim (yang mengerti) dan wong awam (kurang mengerti) bobot pahalanya juga tidak sama. Begitu juga, nilai dosanya, jika memang melanggar hukum.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close