JAKARTA, ViralKata.com – Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang tidak sependapat dengan pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyebut pembangunan Indonesia keliru sejak era Orde Baru.
Menurut Badar, justru yang keliru adalah ketika konsep pembangunan ala Soeharto sudah tidak diterapkan saat ini. Hal ini menanggapi pernyataan Prabowo terkait pembangunan Indonesia sudah keliru sejak masa kepemimpinan Presiden Soeharto. “Yang keliru, wacana trilogi pembangunan tidak dilanjutkan,” tutur Badar seperti dilansir CNNIndonesia, Kamis (7/2).
Trilogi pembangunan yang dimaksud Badar yakni stabilitas nasional yang dinamis, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya.
Badar mengatakan konsep tersebut sangat baik bagi Indonesia. Terlebih, menurut dia, dahulu mendiang Soeharto juga terbukti berhasil melaksanakan pembangunan berkelanjutan serta swasembada pangan. “Coba konsep pembangunan Pak Harto dilanjutkan, kita sudah masuk era tinggal landas,” tutur Badar.
Meski partainya termasuk koalisi pengusung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019, bagi Badar, tidak ada masalah jika pihaknya berbeda pendapat dengan capres yang sedang didukung. “Setiap orang kan, punya sudut pandang berbeda,” ucap Badar.
Badar menegaskan partainya akan memperjuangkan visi Soeharto agar bisa diterapkan kembali. Langkah yang akan ditempuh partainya melalui jalur parlemen. Menurut dia, hakikat berdirinya Partai Berkarya memang untuk melanjutkan konsep pembangunan ala Soeharto. “Kalau Pak Prabowo presiden kan, ada kami (Partai Berkarya) di parlemen mengingatkan arah pembangunan yang benar,” ucap Badar.
Sebelumnya Prabowo menyebut arah pembangunan Indonesia sudah keliru sejak era Orde Baru. Dia mengklaim telah lama memperhatikan hal itu. “Dari saya masih di dalam Orde Baru, saya sudah melihat arah perkembangan, arah pembangunan Indonesia, arahnya sebetulnya menuju arah yang keliru,” kata Prabowo di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (6/2).
Kekeliruan yang ada itu, kata Prabowo, akibat para elite yang gagal mengelola negara. Konsekuensi yang terjadi yakni pembangunan Indonesia menuju ke arah yang tidak semestinya. “Kekeliruannya adalah bahwa elite bangsa Indonesia ini, elite ini, elite yang tak ada gunanya, elite ini gagal, gagal memberi arah kepada bangsa, gagal untuk mengelola bangsa ini,” ujarnya. (R3)