JEMBER – Viralkata.com- Pandemi Covid-19 belum berakhir, meski pemerintah saat ini gencar melakukan vaksinasi, kepada beberapa elemen masyarakat. Namun, upaya mencegah terjangkitnya virus Corona ke masyarakat, harus terus dilakukan diantaranya dengan mematuhi protokol kesehatan, yakni menjaga jarak, memakai masker, rajin mencuci tangan dengan handsanitizer, serta rajin menjaga kesehatan tubuh dengan mengkonsumsi makanan sehat.
Khusus untuk makanan sehat, tidak harus makanan yang mahal, asal bergizi. Masyarakat desa bisa memanfaatkan potensi tanaman yang tumbuh di sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan akan gizi, serta menambah imunitas. Karena itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember, yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, di Dusun Duklengkong, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, yang tergabung dalam Kelompok 36, terinsipirasi memanfaatkan potensi tanaman obat keluarga (Toga) yang banyak ditanam masyarakat, dengan membuat produk ramuan herbal.
Ramuan herbal dalam bentuk minuman kesehatan ini, diproduksi oleh mahasiswa dengan memanfaatkan beberapa bahan yang banyak dijumpai di masyarakat. Diantaranya daun asam muda, kunyit, gula, asam Jawa, dan beberapa bahan lainnya. “Bahan-bahan tersebut, setelah dicuci bersih, kemudian direbus dan ditiriskan. Setelah dingin baru dikemas dalam botol plastik dan siap dikonsumsi,” ujar Yuni Ayu Agustin, Ketua Kelompok KKN 36.
Tidak disangka, produk karya mahasiswa yang diberi nama “Minuman Herbal Anti Corona,” ternyata mendapat respon positif masyarakat setempat. “Alhamdulillah, masyarakat sangat suka dengan minuman herbal produk kami. Bahkan bapak-bapak yang mengkonsumsi minuman ini, mengaku stamina dan kesehatannya lebih prima, karena capek-capek sehabis bekerja, terasa hilang,” tuturnya.
Dijelaskannya, meski berbahan baku tanaman obat keluarga, namun ramuan herbal produk mahasiswa KKN ini, terbukti mampu memberi banyak khasiat. Selain menambah imunitas, minuman yang cukup menyegarkan ini, juga bisa mengatasi gejala demam, gangguan pernapasan, dan mengembalikan stamina tubuh.
Selama hampir sebulan ber-KKN, Yuni dan kawan-kawan, sudah berhasil memproduksi puluhan botol minuman herbal, yang semuanya dibagikan gratis kepada masyarakat di sekitar lokasi KKN. “Tugas kami selanjutnya, membimbing ibu-ibu untuk bisa memproduksi sendiri. Minuman ini bisa dikonsumsi sendiri, atau bisa juga untuk dikembangkan menjadi usaha untuk membantu ekonomi keluarga,” lanjutnya.
Kepala Dusun Duklengkong, Samsul, mengaku gembira dengan kehadiran mahasiswa UM Jember, yang tengah ber-KKN di wilayahnya. “Saya sebagai pribadi dan juga mewakili warga masyarakat, merasa bahagia dengan kegiatan mahasiswa Unmuh Jember. Apa yang sudah dilakukan para mahasiswa, sangat bermanfaat dan membantu warga kami,” ujar Samsul.
“Saya menyambut baik produk minuman herbal yang dibuat adik-adik mahasiswa di sini. Minuman ini cukup berkhasiat dan menyegarkan. Karena itu, saya berharap ini bisa dikembangkan dan ditularkan kepada masyarakat, siapa tau bisa menambah pendapatan dan meningkatkan ekonomi keluarga warga Duklengkong,” lanjutnya.
Pembuatan Masker
Tahun ini, Universitas Muhammadiyah Jember menerjunkan sekitar 750 mahasiswa untuk melaksanakan KKN Tematik. Pola KKN ini, menurut Kepala LPPM UM Jember, Dr. Bagus Rintyarna, berbeda dengan KKN konvensional. “Kami tahun ini sengaja melaksanakan KKN dengan tetap menjaga protokol kesehatan, yakni mengirim mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil, 5 sampai 6 orang, dan mengabdikan dirinya di lingkungan rumah masing-masing. Termasuk mahasiswa asing dari Thailand, juga KKN di kampung halamannya,” ujarnya.
Selain membuat produk minuman herbal, mahasiswa KKN Kelompok 36, yang beranggotakan 6 orang, masing-masing Yuni, Atina, Linda, Fira, Latifah, dan Indah, seluruhnya dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Muhammadiyah Jember, juga melaksanakan beberapa program lain, terkait dengan pencegahan Covid-19.
Salah satunya, mahasiswa selama hampir sepekan, mengajari ibu-ibu untuk membuat masker kain, dengan tangan. Artinya, masker dijahit dengan tangan dan tidak menggunakan mesin jahit. “Karena tidak ada warga yang punya mesin jahit, kami terpaksa mengajari ibu-ibu membuat masker dengan dijahit tangan. Tapi, Alhamdulillah hasilnya juga bagus, seperti yang kami pakai saat ini,” ujar para mahasiswa kepada ViralKata.com.
Untuk membimbing ibu-ibu membuat masker kain, mahasiswa mengaku menyedikan sejumlah peralatan, mulai bahan kain, alat-lata berupa jatum, benang, gunting, dan peralatan lainnya. Ibu-ibu yang menjadi peserta pelatihan, tinggal mengikuti instruksi mahasiswa yang memandu mereka, mulai membuat pola, hingga teknik menjahit dengan tangan.
Koodinator pelatihan, Atina Khoirun Nisa, menjelaskan meski praktek pembuatan masker dilakukan secara manual, namun hasilnya cukup rapi dan bagus. “Alhamdulillah, meski dikerjakan secara manual, hasilnya cukup bagus dan tidak kalah dengan masker yang dijahit dengan mesin,” jelasnya.
Beberapa kegiatan lain yang juga dilakukan selama hampir sebulan ber-KKN, Kelompok 36 ini berhasil melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkait dengan protokol kesehatan untuk menghindarkan diri dari terpapar virus Corona. Disamping kegiatan lain, seperti membimbing siswa belajar daring dengan memanfaatkan aplikasi internet dan kegiatan lain yang melibatkan partisipasi warga. Seleuruh aktifitas tersebut di pusatkan di sebuah musholah Dusun Duklengkong yang berada di tengah permukiman warga. (yon).