Jakarta-Viralkata
Joeliman diperlakukan tidak adil BUMN menteri Erik Tohir
Begitu miris penderitaan dari korban ISTAKA KARYA. Dibalik semudah ungkapan Erick Tohir selaku menteri BUMN menutup tujuh BUMN, salah satunya ISTAKA Karya. Banyak pihak menjerit, satu diantaranya bunuh diri, karena hak yang mestinya diterima tidak kunjung dibayar lebih dari 10 tahun.
Segudang gelisah melanda para sub kontraktor dan suplier, pendukung Istaka Karya selaku BUMN milik pemerintah. Hasil kerja berupa hak yang mestinya didapatkan, tidak dibayar sampai saat ini, oleh perusahaan plat merah tersebut.
Segudang kekecewaan dari 150 perusahaan swasta berkeluh kesah. Pilu begitu menyesakkan hati dan pikiran sampai saat ini.
Bahkan diantara perusahaan baik dengan modal pribadi, maupun dengan modal pinjaman, terpaksa harus gigit jari. Mengingat modal yang telah dikeluarkan, untuk melaksanakan pekerjaan dari ISTAKA KARYA – salah satu BUMN milik pemerintah, dipailitkan atas kebijakan Erik Tohir selaku menteri BUMN.
Praktis hukum kepailitan berlaku untuk mereka yang bermitra dengan Istaka Karya. Termasuk yang berhubungan dengan para penanam saham di Istaka Karya.
Dalam hal ini, bisa ditebak pada akhirnya, seluruh aset milik Istara Karya dijualpun, tidak mampu membayar utangnya pada kreditor lebih dari 6 milyar. Karena hanya ditaksir aset yang dimiliki Istaka Karya hanya sepertiganya dari utangnya.
Karena tidak ada jalan penyesaian, salah satu korban bernama Joeliman Noto Koesomo (82) menyoalkan nasib perusahaan dan keluarganya. Pria lanjut usia dengan terbata-bata menahan tangis, mencurahkan kekecewaanya kepada media News Viralkata di Takuni Cafe jumat sore jam 14.00 wib (27/1/2023).
“Saya masih bisa bertahan sampai saat ini, karena kebesaran Tuhan dan kemampuan saya terus bertahan. Sementara salah satu teman saya yang juga menjadi korban, bunuh diri tidak sanggup menghadapi cobaan,” papar Joeliman terlihat sedih dan menangis.
Usai menyapu airmatanya, Joeliman dengan didampingi Cadu Hina SH MH selaku kuasa hukum para korban Istaka Karya, tidak habis pikir dengan kebijakan pemerintah membiarkan nasib sub kontraktor dan suplier. Sementara hasil pekerjaan sudah dinikmati pemerintah selama ini.
Seperti pengerjaan jalan tol Soedyatmo arah Bandara Soekarna Hatta Jakarta, pemerintah telah menikmati hasil pembayaran dari pengguna kendaraan yang melewati tol ke bandara Soekarna hatta.
“Modal yang saya gunakan dari uang pensiun. Saya bekerja dan memberi makan istri dan anak, dari usaha ini,” seru Joeliman sewaktu-waktu sebelum melanjutkan kembali ucapannya.
“Penantiannya begitu panjang.o Sementara pemerintah memiliki kesanggupan membayar, tapi belum terealisasi sampai saat ini, sudah lebih dari 10 tahun,” ujar Joeliman.
Kelamaan tidak habis pikir, uang dan tenaga telah dilakukannya untuk penyelesaian pekerjaan Istaka Karya, tapi banyak alasan saat ditagih pembayarannya. Berbagai dalih dan bujuk rayu dari Istaka Karya, membuatnya terpaksa menunggu dengan harap harap cemas.
“Perusahaan saya masih kecil saja bisa bertahan sampai saat ini. Tapi Istaka Karya sebagai BUMN pemerintah, begitu mudah dipailitkan. Sampai harus mengorbankan banyak kreditur. Kok tega mengorbankan rakyatnya sendiri,” sesal Joeliman.
Lebih tegas lagi, langkah penyelesaian yang dilakukan Istaka Karya menggiring seluruh sub kontraktor dan suplier, agar utang pembayaran dari Istaka Karya dialihkan ke saham.
“Semua ini jelas akal akalan saja. Endingnya pemerintah akan lepas tangan. Kami berharap presiden Jokowi turun tangan menyelesaikan nasib kami,” harap Joeliman pungkasnya.(PRAY)