FOTOHEADLINETRAVEL

Gelombang Ganas, 366 Wisatawan Terjebak di Pulau Karimun Jawa

KARIMUN JAWA, ViralKata.com – Sedikitnya 366 wisatawan domestik yang menikmati pergantian tahun di Pulau Karimun Jawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak bisa pulang. Mereka terjebak gelombang laut ekstrem, dan tak satupun kapal wisata berani menerjang ombak ganas.

Padahal BMKG pada 31 Desember 2018 sudah mengeluarkan Peringatan dini mengenai gelombang tinggi di wilayah perairan Pulau Jawa, termasuk Pulau Karimun Jawa. Hingga kini, ketinggian gelombang laut di Jepara masih berkisar 2,5 meter dan kecepatan angin 5 sampai 30 knot. Sehingga tidak aman untuk aktivitas pelayaran.

Mayoritas wisatawan, yang berlibur di Pulau Karimunjawa memilih menunggu pengoperasian kembali kapal penyeberangan laut, meski tersedia transportasi udara. “Kami belum mengetahui pasti alasannya, namun mayoritas wisatawan memilih menunggu kapal penyeberangan beroperasi kembali,” kata Sekretaris Camat Karimunjawa, Jateng, Nor Soleh di Jepara, Kamis (3/1/2019), seperti dilaporkan Antara.

Untuk naik pesawat, kata dia, setiap wisatawan harus menyiapkan dana sekitar Rp400 ribu, sedangkan tiket kapal penumpang berkisar Rp100.000 hingga Rp175.000. Selain faktor harga tiket, kata dia, bisa saja wisatawan mempertimbangkan keberadaan kendaraan mereka yang masih berada di Pelabuhan Jepara, sehingga ketika naik pesawat ke Semarang, mereka harus kembali naik angkutan darat menuju Jepara.

Sejauh ini, lanjut dia, tidak ada permasalahan dengan kondisi wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa. “Kalaupun ada yang meminta potongan tarif penginapan, tentunya menjadi keputusan pemilik penginapan,” ujarnya sambil menambahkan Hingga Kamis, gelombang laut di Karimunjawa masih tinggi, bahkan cuacanya lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

Kepala Kepolisian Sektor Karimunjawa Polres Jepara Iptu Suranto mengungkapkan jumlah wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa mencapai 366 orang. Jumlah wisatawan tersebut, berdasarkan pendataan pada 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019.

Pada 2 Januari 2019, katanya, jajarannya mencatat sudah ada 122 wisatawan yang pulang naik pesawat Wings Air. “Pesawat Wings Air beroperasi setiap hari dengan kapasitas penumpang 60 orang,” ujarnya.

Meskipun terdapat 220 wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa, kata dia, pada Rabu (2/1) juga tercatat ada wisatawan yang datang dengan pesawat Wings Air sebanyak 20 orang. Tidak beroperasinya kapal penyeberangan disebabkan gelombang laut setempat yang masih tinggi mencapai 2,5 meter, sehingga tidak aman untuk aktivitas pelayaran.

Berdasarkan keterangan Syahbandar Jepara, gelombang tinggi terjadi sejak Senin (31/12), sehingga diterbitkan larangan kapal penumpang beroperasi demi keselamatan

Syahbandar Jepara, Trijoto menambahkan gelombang tinggi memang terjadi sejak Senin (31/12), sehingga diterbitkan larangan kapal penumpang beroperasi demi keselamatan penumpang. “Karena hingga sekarang gelombang di laut masih mencapai 2,5 meteran lebih, maka larangan tersebut kembali diperpanjang sambil menunggu kondisi cuaca kembali normal,” ujarnya seperti dilansir Antara.

Wisatawan yang masih tertahan di Karimun Jawa, kata dia, memiliki alternatif pulang dengan naik pesawat. Trijoto memastikan wisatawan sudah mengetahui konsekuensinya ketika berlibur pada musim baratan seperti sekarang, sehingga harus menyiapkan anggaran yang lebih ketika kapal penumpang tidak bisa beroperasi dan memilih alternatif menggunakan pesawat dengan biaya perjalanan yang lebih mahal.

Camat Karimunjawa Karnanajeng saat dihubungi melalui sambungan telepon, sampai saat ini masih ada 297 wisatawan yang masih tertahan di Karimunjawa. “Kalau saat ini, sementara mereka masih dikoordinir oleh biro perjalanan yang memberangkatkan wisatawan. Mereka masih tinggal di hotel,” kata Karnanajeng.

Jumlah tersebut, katanya, bisa jadi berkurang karena ada jadwal penerbangan dari Bandara Dewandaru Karimunjawa ke Semarang pada hari ini. “Mungkin berkurang hari ini, karena ada penerbangan,” katanya sambil menuturkan, penutupan penyebarangan dari Pelabuhan Kartini menuju Karimunjawa, atau sebaliknya terjadi sejak 31 Desember 2018. Penutupan tersebut lantaran gelombang tinggi yang terjadi di perairan utara Jawa. “Termasuk perairan di utara Jepara,” tuturnya. (R3)

Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close