HUKUM & kRIMINALNASIONALNEWS
Dugaan Bullying, Orangtua RE, Tak Mau Restorasi Justice Ditawarkan Binus School Simprug
Jakarta News Viralkata Dugaan Bullying, Orangtua RE, Tak Mau
Restorasi Justice Ditawarkan Binus School Internasional Simprug. Pihak terduga pelaku Bullying siswa Binus School Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan menawarkan mediasi (Restorasitif Justice) kepada Keluarga RE, diduga menjadi korban bullying/perundungan.
Mediasi digelar di ruang unit PPA Polres Jakarta Selatan, Jumat (13/9/2024) siang. Akan tetapi mediasi tersebut berakhir deadlock. Ayah korban, S, mengatakan pihaknya sudah berunding dengan keluarga terkait permasalahan ini.
“Saya selaku orangtua ananda RE, selaku korban bully ya, dan kasus penganiayaan, saya sudah merundingkan masalah ini bersama istri, bersama anak-anak, dan keluarga besar kami,” ungkap S kepada wartawan.
Meski ada penawaran damai, tetapi S bersikukuh memastikan tidak akan berdamai dengan para terduga pelaku. Ia menegaskan bakal melanjutkan perkara ini sampai ke persidangan.
“Setelah melakukan perundingan yang cukup panjang, jadi sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perkara ini sampai ke meja hijau. Apapun kondisi dan keadaannya kami siap untuk menyelesaikan kasus ini sampai selesai-selesainya, sampai ke meja hijau, sesuai dengan hukum yang berlaku,” tegasnya.
Tidak mau berdamainya, menurut S karena ia tak ingin kasus bullying yang dialami anaknya terulang lagi dan menimpa siswa-siswa lainnya.
“Kasus kekerasan terhadap anak dapat memberikan dampak negatif berkepanjangan terhadap korban.Jadi alasan saya itu, kebetulan saya punya beberapa anak, jadi saya mempunyai harapan jangan sampai terulang lagi kasus bully ini,” terang S.
Dalam kasus ini Polres Jakarta Selatan telah dinaikkan dari penyelidikan ke tahap penyidikan sejak Senin (9/9/2024) lalu dan diduga ada 8 pelaku akan berhadapan dengan hukum.
Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi mengatakan kasus dugaan bullying ini naik ke tingkat penyidikan setelah polisi menemukan dugaan tindak pidana.
“Iya sudah naik penyidikan,” kata AKP Nurma Dewi saat dikonfirmasi, Jumat (13/9/2024).
“Ya kalau tindak pidana, kalau lihat videonya jelas, ada,” tambah mantan Wakapolsek Pasar Minggu itu.
Sementara itu menurut Humas Binus School Education Haris Suhendra, pihaknya telah melakukan investigasi terkait peristiwa yang dilaporkan korban.
“Sejak awal, sekolah menanggapi laporan dari yang bersangkutan dengan serius. Sekolah telah melaksanakan investigasi berdasarkan bukti dan saksi,” kata Haris dalam keterangannya.
Haris berkilah, bahwa hasil investigasi menyatakan tidak ada temuan bullying dan pelecehan seksual, melainkan hanya perselisihan antar siswa
“Kami menemukan bahwa kejadian tersebut adalah perselisihan antar siswa. Tidak ada temuan yang mengindikasikan adanya bullying
dan pelecehan seksual,” katanya.
“Semua siswa yang terlibat dalam perselisihan tersebut telah mendapatkan sanksi berdasarkan fakta yang ditemukan dan sesuai dengan peraturan sekolah. Dengan adanya kejadian ini, sekolah juga memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan pembelajaran baik luring maupun daring,” tambah Haris.
Sebelumnya, korban RE mengungkapkan bahwa sudah setahun menempuh pendidikan di sekolah itu, namun hanya tiga bulan mengikuti pembelajaran secara offline.
RE mengaku dianiaya selama dua hari berturut-turut. Bahkan, ia mengklaim akan dihabisi oleh sekelompok siswa yang disebut telah membentuk sebuah geng.
“Saya dari para pelaku sudah dianiaya selama dua hari, di hari pertama dan kedua secara berturut-turut. Bahkan para geng ini sudah merencanakan lima hari berturut-turut hingga hari terakhir saya akan dihabisi oleh ketua geng di sana,” ungkapnya RE saat di Polres Metro Jakarta Selatan, Senin (9/9/2024)
“Hari pertama saya sudah mendapatkan pelecehan, penghinaan, pengancaman, dan sampai di bulan Januari saya mendapatkan penganiayaan yang kejam dan sadis,” tambahnya.
“Saya mau cerita tentang penganiayaan dan Bullying yang dilakukan kepada saya dari para siswa lain yang ada di Binus internasional simpruk. Saya mulai bersekolah sebelumnya sekolah di daerah Bintaro, dan karena rumah kami pindah ke perumahan daerah simpruq, jadi kami memutuskan untuk mencari sekolah yang dekat dengan rumah kami. Saya diterima melalui tes di binus school simpruk dengan level addv atau jenjang pendidikan yang paling atas di binus School simpruk Saya diterima dan dijanjikan banyak hal. Mereka akan membantu saya dan akan menjamin saya akan sukses meraih pendidikan dan mimpi mimpi saya. Namun nyatanya, setelah saya mulai sekolah saya tidak mempunyai siapa siapa, tidak mempunyai teman di sekolah saya yang baru dan saya berusaha untuk bisa bersosialisasi dan mempunyai teman dengan siapa pun dan dari mana pun. Tapi kenyataannya dari siswa siswa lain yang ada di sana mereka malah menganggap dan memperlakukan saya seperti orang yang benar-benar tidak ada harga dirinya, orang yang benar-benar diperlakukan tak layak hidup dan orang yang benar-benar berada di level yang paling bawah. Saya sejak awal hari pertama bersekolah saya hanya membawa diri saya sendiri, tetapi mereka dengan ramai ramai menghampiri saya sekitar 30 orang dengan geng mereka, mereka selalu menghina hina saya secara verbal melakukan Bullying kepada saya. Karena tujuan saya disana bukan untuk mencari kegaduhan dan bukan untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna saya selalu mengabaikan prilaku dan pelecehan dari mereka. Mulai sari omongan saya dilecehkan, bagian tubuh saya dipegang pegang didepan siswa lain bahkan di depan para guru. Sampai saya selalu dikata katain dan mereka selalu melakukan itu didepan siswa lain dan di depan guru dengan tujuan menjatuhkan mental saya dan menghancurkan mental saya agar saya tidak pergi ke sekolah lagi. Saya sering sekali mendapatkan hujatan dan hinaan, bahwa setiap saya datang ke sekolah setiap saya memasuki kelas saya sudah dihina hina, dikatakan saya sangat bau sampah dan bau badan. Saya dihina hina saya dihina sendirian di sana. Saya sedikit banyak tau orang yang selalu melakukan Bullying secara verbal kepada saya dan ini terus berlanjut. Saya ketika ingin pergi ke kelas dan ingin makan menggunakan lift. Tapi ketika saya sendiri masuk kedalam lift mereka selalu membanyakin orang yang berada didalam lift. Salah satunya adalah anak dari ketua partai yang berinisial M. Mereka selalu mencari cari saya dan menjebak dalam lift dan mereka ketika saya masuk mereka bilang apakah ada yang membawa sampah disini apakah kamu membawa sampah mereka sambil menutup hidung dan ternyata ada sampah disini. Pantesan disini bau sekali dan pantesan bau badan. Karena dia saya orang yang ditunjuk, saya dipermalukan disana. Setiap hari saya diperlakukan seperti itu,” beber RE.
“Lalu saya mengadukan hal ini kepada para pihak sekolah, terutama orang yang menerima saya sekolah di binus School. Kepada bapak yang terhormat yang berinisial M saya bertanya kepada beliau mengapa bapak ketika ingin menerima saya di binus School ini berbeda dengan kenyataan yang saya alami. Tapi bapak yang terhormat berinisial M ini hanya selalu mengatakan, bahwa itu adalah hal yang wajar karena kamu anak baru disini dan kamu yang harusnya introspeksi diri, kamu yang harus memperbaiki diri kamu sendiri. Bahkan dari pihak sekolah pun mengecilkan impian saya. Bahkan dari pihak sekolah pun menghancurkan harga diri dan mental saya. Dari hari pertama saya sudah tidak percaya diri lagi datang ke sekolah saya selalu di ejek ejek, saya selalu hona saya selalu di fitnah di sekolah dari berbagai pihak dan mereka selalu mengaku bahwa mereka adalah anak dari pada petinggi petinggi di negara ini. Mereka bahkan ada yang mengucapkan bahwa ayahnya adalah ketua partai yang ada di Indonesia ini. Dan saya diancam untuk tidak melakukan apa apa” pungkas korban Bullying dan Perundungan.
Ada Geng di Sekolah ?
Lebih lanjut Agustinus Nahak mengatakan, karena ini kan sekolah kan dibawah Kementerian Pendidikan, saya mempertanyakan pak menteri harusnya turun dong bikin statemen atau pihak terkait adanya bullyng di sekolah sekolah sekolah. “Standar pendidikan kita seperti apa. ini ada dugaan ada geng di sekolah. bahkan melibatkan anak-anak pejabat di sekolah tersebut. Kepolisian tingkat lembaga anak maupun pihak sekolah harus melakukan investigasi benar tidak ada geng di sekolah itu. Karena statemen daripada anak korban korban perundungan atau bullying dengan komen-komen yang ada di YouTube di podcast Uya Kuya Tv. Itu coba cek di situ ada beberapa orang tua yang menyatakan bahwa ternyata ada dugaan juga anaknya mengalami hal yang sama,” ungkapnya
“Pak menteri yang terhormat kami minta tolong tutun lakukan investigasi supaya sekolah-sekolah di Indonesia baik swasta maupun negeri itu ada standar pendidikannya. Jangan ada geng terpelihara itu di sekolah. Ini kan ada anak anak kita yang mau dititipkan untuk menjadi anak yang cerdas punya masa depan. Nyatanya mendapatkan bullying yang sangat sadis. Ini sampai saat ini kalau anak korban ini masih mengalami trauma, maka psikisnya sangat terganggu. Mungkin fisiknya sudah bagus, ada beberapa kali ketemu bicara pasti menangis. Bahkan menurut orang tuanya, pernah ya tiba-tiba teriak-teriak di kamar mandi. ‘Sering ya sering kalau mandi jadi psikisnya ini terganggu. makanya kita juga kemarin juga untuk psikolog supaya bisa mengetahui keadaan psikisnya sudah sampai sejauh mana gitu loh. jadi kami minta kepada kementerian tingkat juga pemda DKI, pihak terkait dan juga lembaga anak dan juga pihak sekolah coba lapor. Jangan sekali-sekali menutupi kejadian yang ada di sekolah. Karena itu bisa menjadi bumerang sendiri dan menjadi gunung es.’ tegasnya.
Semoga saja terbuka semuanya Kenapa karena pihak polres Metro Jakarta selatan sudah melakukan investigasi dan menemukan alat bukti bahwa ada dugaan terjadinya bully di sekolah tersebut. jadi jangan sampai pihak sekolah punya investigasi sendiri bukan tidak terjadi. Itu yang kami pertanyakan siapa yang melakukan investigasi itu. Kami ingin sampaikan jangan coba-coba menutupi kebenaran. mungkin hari ini kamu bisa melakukan kebohongan tapi satu ketika semuanya akan terbongkar dan saya bersama pak sunan dan tim sudah berkomitmen untuk membongkar siapa saja terlibat. mau dia itu anak ketua partai, mau itu anak pejabat, atau anak hebat. Menurut kami siapa pun yang sekolah di sana sama kedudukannya. Karena membayar sekolah yang sama, dan juga siswa yang sama. Soal statusnya mungkin dirumahnya tapi kalau di sekolah statusnya sama, tidak ada lebih dari itu” tegas Agustinus Nahak.
Ada Ketua Partai dan Pejabat Terlibat
Nahak lebih jauh menyampaikan, yang kami dengar dari anak korban itu bahwa di ngomong bukan asal ngomong. Tetapi siswa siswa ini yang mengatakan diri langsung memperkenalkan ‘bapak saya ketua partai, bapak saya adalah pejabat’ itu bukan dia yang ngarang bukan. Mungkin teman teman media bisa cek benar ga disana ada anak pejabat, benar kah disana ada anak ketua partai gitu supaya jelas. “Karena yang bersangkutan yang menyampaikan langsung. Anak korban kan anak baru yang bersekolah disana. Sehingga ketika memperkenalkan diri, bahwa anak orang orang hebat disitu dan anak korban diminta untuk melayani mereka. Justru karena dia tidak mau dan tidak ikut akhirnya kejadian ini terjadi. Jadi kalau disekolah itu ada informasi ada anak bapaknya pejabat, Ketua partai, bapaknya orang hebat itu benar adanya” pungkas pengacara dengan tegas ini.(PRAY)