Jember, Viralkata.com- isinyalir telah terjadi pergeseran dan perubahan radikal terutama dari kalangan milineal dalam memandang budaya adiluhung bangsa. Tidak sedikit dari mereka yang cenderung abai serta lebih bangga dengan tradisi dan budaya luar yang dianggap lebih modern. Padahal khasanah budaya bangsa Indonesia begitu beragam dengan local genius/kearifan lokal serta memiliki kemampuan adaptasi tanpa harus tercerabut dari identitas dan jati diri.
Kenapa sinyalemen itu menjadi penting untuk kita respon bersama? Karena budaya sebagai kristalisasi kreasi karya dan kekaryaan menjadi parameter kemajuan peradaban suatu bangsa. Lalu apa yang menjadi titik tumpu untuk tetap eksis dan berkembangnya budaya kita. Tidak lain dan tidak bukan meniscayakan berangkat dari pendidikan, baik di keluarga, lingkungan sosial dan juga di setiap jenjang pendidikan formal.
Salah satu kelemahan kita adalah kurangnya kesadaran mengenai pentingnya data dan dokumentasi. Padahal ditengah arus teknologi informasi, data dan dokumentasi menjadi ujung tombaknya. Papar H. Djatmiko (Politisi senior Partai Golkar Jember) dalam acara Ngaji Budaya, yang digelar di Rumah Aspirasi Sahabat Bang Pur, jalan Karimata bekerja sama dengan MKGR Jember dan Barisan Jember Juara (BJJ), Rabu, 26 Mei 2021. Acara dimulai pukul 19.00 dengan Yasinan. Ali Murtadho sebagai inisiator acara menilai kegiatan Yasinan, khataman Al-Qur’an, diba’an sebagai tradisi budaya keagamaan yang penting untuk media silaturrahim, merekatkan solidaritas serta kepedulian.
Dihubungi di tempat terpisah, H.Muhamad Nur Purnamasidi DPR RI Komisi X Fraksi Partai Golkar menegaskan akan merangkul serta membuat formulasi kegiatan kreatif dengan komunitas milineal sesuai semangat jamannya. Mereka membutuhkan ruang untuk aktualisasi, dalam proses pencarian identitas dan jati dirinya. Sehingga tidak terlalu “asyik masuk” berselancar hanya di dunia Maya un sich.
Indonesia sebagai bangsa yang majemuk yang memiliki ribuan kebudayaan berpotensi besar menjadi target utama kapitalisme global. Dengan mengusung ideologi agama transnasional, masuk perlahan menginfiltrasi/menyusup dalam dunia pendidikan. Saya menilai sebagian masyarakat Jember tidak sedikit yang mulai terkontaminasi paham agama transnasional. Ini yang harus diwaspadai dan harus segera dilakukan langkah langkah preventif agar pengaruhnya tidak semakin melebar dan menguat. Jangan menjadi menggurita seperti gunung es di tengah lautan.
Karena itulah, menjadi sangat penting dan menemukan titik relevansinya kegiatan ngaji budaya ini.
Pengokohan Tradisi menjadi benteng sekaligus filter terhadap gempuran kapitalisme yang berupaya mengalienasi/mengasingkan masyarakat dari budaya dengan merubah drastis yang segalanya diukur dari modernitas, serba instan. Ungkap alumni Fisip Universitas Jember dengan mimik serius.
Kita harus bergandeng tangan, menata dan merapatkan barisan dengan langkah langkah konkret dengan berbagai kalangan komunitas yang ada di Jember. Baik komunitas pegiat perempuan, komunitas pecinta kopi, komunitas musik dan lain lain. Giat kewirausahaan menjadi stimulan, salah satu pemicu dan pemacu semangat membangun kebersamaan. Imbuhnya.
Lebih lanjut Bang Pur memberikan penegasan gotong royong sebagai salah satu nilai luhur budaya bangsa harus senantiasa digelorakan dan ditradisikan dalam berbagai momentum kegiatan bersama masyarakat. Pungkasnya.