NASIONALTak Berkategori

BERKURBAN TANPA TUNGGU NANTI

Opini : Oleh Lilis Styaningsih, S. Pd. Guru SMPN 13 Jember

Ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih putra tercintanya yaitu Nabi Ismail, apa reaksi beliau? Pun Nabi Ismail, saat sang ayah menyampaikan perintah itu, bagaimana perasaannya? Masya Allah, tiada cela, tiada pertanyaan, bahkan penolakan dari keduanya. Mereka patuh dan bersegera menunaikan perintah. Indah sekali mereka mewujudkan ketakwaan pada Sang Illahi, meski mereka tidak pernah menduga “kejutan” yang Allah berikan yaitu menggantikan Ismail dengan seekor kambing besar.
Lalu bagaimana dengan kita? Ibadah kurban yang kita tahu manfaat, hikmah, dan pahala yang akan Allah beri, adakah kita berat menunaikan dan enggan untuk mengupayakannya?
Salah satu ibadah yang membutuhkan sejumlah biaya untuk menjalaninya adalah berkurban. Harga hewan kurban memang tak bisa dibilang murah. Untuk membeli satu ekor kambing saja dengan kualitas baik, diperlukan uang setidaknya dua juta rupiah. Apalagi seekor sapi.
Mereka yang memiliki kecukupan harta tentu mudah untuk membeli hewan kurban, bahkan yang paling mahal sekalipun. Berbeda dengan orang yang tak punya, jangankan membeli hewan kurban senilai jutaan rupiah, untuk makan sehari-hari saja susah. Itulah mengapa, kurban diwajibkan untuk orang yang berharta, sementara yang tidak mampu tidak diwajibkan.
Namun kepemilikan harta dan pelaksanaan ibadah kurban ternyata tidak selamanya berbanding lurus. Karena terkadang berbagi itu tidak hanya persoalan mampu atau tidak mampu, tapi juga mau atau tidak mau. Ada yang mampu tapi tidak mau, ada yang mau tapi tidak mampu.
Karenanya meskipun punya harta, ada saja orang yang tidak melaksanakan ibadah kurban. Alasannya beragam. Di samping belum memiliki ilmu tentang kurban, tidak mengetahui apa manfaat dan keutamaan yang akan diperoleh dengan berkurban, banyak pula yang masih disibukkan untuk mengejar kesenangan dunia yang fana.
Kondisi mampu tapi tidak mau lebih sulit diperbaiki daripada mau tapi tidak mampu. Jika orang sudah tidak mau, tidak memiliki motivasi, akan sulit walaupun mampu. Di situlah kemauan kita, niat, kesadaran, dan spiritualitas kita dipertaruhkan. Sejauh mana kita mau berkorban untuk melaksanakan apa yang dianjurkan agama.
Belakangan yang justru menjadi fenomena di masyarakat kita, adalah orang yang tidak punya, malah sanggup melaksanakan ibadah kurban. Mereka mampu berkurban meski ekonomi mereka sangat terbatas. Sebelumnya mereka setiap tahun menanti jatah daging kurban, namun mereka malu jika seperti itu terus. Dengan niat yang kuat agar mampu berkurban mereka menyisihkan hasil dari kerjanya, berjuang mengorbankan keinginan bahkan kebutuhan hidup lainnya.
Hati siapa yang tidak bergetar kala mengetahui para dhuafa memiliki keikhlasan yang tinggi untuk menunaikan ibadah kurban, meski harus berikhtiar dengan cara menabung bertahun-tahun. Inilah bukti kesungguhan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Lalu bagaimana dengan orang yang memiliki kemampuan finansial tapi masih enggan berkurban? Bagaimana kita mendorong diri sendiri dan orang lain untuk berkurban tanpa tunggu nanti, baik saat memiliki kecukupan finansial maupun di tengah keterbatasan ekonomi?
Berikan keteladanan atau role model terutama pada anak sedari dini. Contoh tindakan tanpa kata-kata biasanya lebih efektif untuk ditiru. Gugah pula kesadarannya mengenai pentingnya berkurban, apa makna dan manfaat yang diperoleh dari berkurban.
Kadang dengan paksaan menjadi awal untuk membentuk sebuah kebaikan jadi kebiasaan. Kalau sudah biasa tapi tidak melakukan akan timbul rasa tidak enak.
Jika tak sanggup mengeluarkan sejumlah uang sekaligus untuk membeli hewan kurban, maka mencicil dengan menabung bisa menjadi sebuah cara.
Berkurban adalah ibadah yang mulia di mana hewan yang kita kurbankan akan menjadi saksi kebaikan di hari akhir. Karena dilakukan dengan niat yang baik dan pemahaman akan makna kurban yang dalam maka ibadah kurban akan mendatangkan cinta dari Allah SWT.
Sementara dari sisi duniawi bahwa berkurban memberikan ketenangan jiwa bagi seseorang. Apalagi dengan berbagi hewan kurban berarti menghilangkan sekat dan jarak yang semula jauh dari masyarakat atau lingkungan menjadi dekat dan memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Berkurban juga merupakan simbol penyembelihan terhadap hawa nafsu, sebab jika tidak disembelih akan susah mendekatkan diri kepada Allah, dan tidak baik pula implikasinya terhadap sesama manusia.
Ketika sanggup melaksanakan ibadah kurban, terlepas  mampu atau tidak yang diharapkan adalah orang tersebut akan memperoleh hikmahnya dan berpengaruh positif dalam kehidupannya. **

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close